Kelayakan Palsu

Lukas 14:7-11

Salah satu naluri manusia adalah: ingin dihargai, ingin dihargai melebihi orang lain. Yohanes memakai istilah “keangkuhan hidup” (pride of life-KJV)–1 Yoh 2:16. Dalam konteks pesta yang dihadiri-Nya, Tuhan Yesus melihat orang-orang yang memilih tempat terhormat di meja perjamuan–mereka merasa layak untuk berada di sana, untuk memperolah penghormatan/penghargaan. Perasaan layak adalah salah satu halusinasi dosa yang menjangkiti semua manusia.

Nasihat Tuhan Yesus: “Do not take the place of honor” (ayat 8-NIV). Bukan masalah tempatnya, karena pada kelanjutan pengajaran-Nya Tuhan Yesus menunjukkan bahwa orang bisa ditempatkan oleh tuan rumah untuk duduk di tempat terhormat. Masalahnya adalah: ada orang yang menempatkan dirinya sendiri di sana, yang berarti menganggap dirinya layak untuk menempatinya.

Karena itu, Tuhan Yesus menyatakan pengajaran ini: “Barangsiapa meninggan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (ayat 11). Ini berbicara tentang cara pandang terhadap diri sendiri di hadapan Tuhan. Paralel dengan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah (Luk. 18:10-14)–siapa merasa layak karena siapa dirinya dan apa usahanya, justru ditolak oleh Tuhan.

Pengajaran Tuhan Yesus ini bisa diselewengkan kalau hanya melakukan aktivitas lahiriah, tanpa bain yang rendah hati. Ada orang bersikap merendah-rendahkan dirinya–dalam perkataan atau sikap/tindakannya–tetapi di dalma hati ia sebenarnya merasa layak, dan mengharapkan agar ia dilayakkan oleh orang lain. Orang sengaja memilih tempat di belakang, dengan isi hati: aku sebenarnya layak di depan, tapi aku mau menunjukkan betapa aku rendah hati, supaya nanti aku diberi penghormatan dengan diminta pindah ke depan (ayat 10). Ini juga sombong–sebab kuncinya ada pada: hati yang merasa layak!

Orang hanya bisa dengan tulus merendahkan diri apabila ia sungguh-sungguh melihat siapa dirinya di mata Tuhan yang Mahakudus: “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14). Selama ia hanya melihat dirinya sendiri dengan kacamatanya sendiri–maka perasaan layak itu pasti akan muncul, karena memang itu naluri manusia berdosa. Tetapi kalau ia melihat hidupnya di dalma terang kekudusan Tuhan yang sempurna–ia akan sadar bahwa hidupnya hanyalah kain kotor (kain yang digunakan perempuan ketika datang bulan) yang najis (Yesaya 64:6).

Penerapan:
Berdoa meminta Tuhan untuk menguji dan membersihkan hati saya dari kesombongan dan merasa layak. Meminta Tuhan meolong saya sungguh-sungguh menyadari bahwa saya ada semata-mata karena anugerah-Nya. Meminta Tuhan menumbuhkan kerendahan hati dalam hidup saya.

Views: 5

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *