Terang kehidupan

Yohanes 8:12-19

Tuhan Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai “terang dunia (the Light of the world)”; dan barangsiapa mengikuti Dia tidak akan berjalan di dalam kegelapan, tetapi akan memiliki Terang Kehidupan. Tuhan Yesus adalah sumber kebenaran akan Allah, Ia adalah Allah sendiri. Tuhan Yesus adalah sumber kehidupan.

Tuhan Yesus mengupamakan Diri-Nya dengan benda-benda yang vital bagi kehidupan manusia. Sebagai roti hidup, Ia menyatakan “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yohanes 6:35). Sebagai air hidup, Ia bersabda: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:37-38). Dan di Yohanes 8:12, Ia menyebut Diri-Nya sebagai terang kehidupan.

Respon orang-orang Yahudi setiap kali Tuhan Yesus membicarakan hal-hal rohani adalah: salah faham! Selalu ada penolakan, selalu ada keinginan untuk membantah. Saat Ia bicara soal roti hidup, mereka berpikir bahwa mereka disuruh melakukan praktek kanibalisme. Saat Ia menawarkan air hidup, mereka berdebat tentang kota asalnya (tidak ada nabi yang lahir dari Galelia), dan ketika Ia menyatakan diri sebagai terang dunia, mereka mendebat tentang keabsahan klaim/kesaksian-Nya.

Ada kebebalan yang luar biasa, kekerasan hati, ketegaran tengkuk yang begitu parah; sehingga sangat sulit bahkan mustahil bagi mereka untuk memahami perkara-perkara rohani yang disampaikan oleh Tuhan Yesus! Dan itu bukan disebabkan oleh karena mereka tidak cerdas atau tidak berpengetahuan, sebab para pendebat dan penyerang ini adalah ahli-ahli Taurat dan orang Farisi.

Namun, ini masalah hati dan pikiran yang bebal dan menolak kebenaran–yang sumbernya adalah hidup yang masih dikuasai dosa, dan memilih untuk tetap di dalam dosa. Seperti dinyatakan:

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.

Benarlah apa yang dituliskan dalam Amsal bahwa: takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat. Pemahaman dan pengenalan akan Allah dan kebenaran-Nya tidak ditentukan oleh kecerdasan atau kemampuan analisis, tetapi hati yang rindu, haus, dan yang takut akan Tuhan. Kepada orang dengan sikap hati yang demikianlah Terang Illahi itu akan dinyatakan.

Berilah saya hati yang takut akan Engkau, hati yang haus akan kebenaran-Mu, hati yang rindu untuk mengenal-Mu. Sebab saya tahu, bahwa itulah kehidupan yang sebenarnya. Supaya saya benar-benar hidup, sebagaimana yang Engkau kehendaki.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *