Arti Hidup Taat

Filipi 2:12-18

Ketaatan itu bukan sekedar asal melakukan apa yang diperintahkan. Ketaatan itu memiliki makna yang lebih dalam. Ketaatan merupakan bukti kebenaran Injil, ketaatan merupakan korban persembahan dan pelayanan (ibadah) kepada Tuhan, ketaatan adalah kesaksian tentang Kristus kepada dunia. Dan yang fundamental: ketaatan adalah bukti bahwa Tuhan hadir dan bekerja di dalam hidup orang percaya.

Paulus mensehati jemaat Filipi agar terus menjalani hidup yang taat kepada Tuhan, sebagaimana selama ini telah mereka lakukan. Hidup yang taat merupakan implementasi dari menghidupi keselamatan yang telah mereka terima–atau hidup yang “berpadanan dengan Injil Kristus” (ayat 12; 1:27).

Jemaat didorong untuk menjalankan ketaatan itu dengan “takut” (phobos: fear, terror, reverence, respect, honor) dan “gentar” (tromos: a trembling for fear, terror)–ayat 12. Melakukan ketaatan dengan penuh rasa gentar, penuh rasa hormat, penuh rasa khidmat–tidak sembarangan, tidak dengan sembrono, tidak dengan memandang ringan. Melakukan ketaatan dengan penuh kesungguhan.

Mengapa? Karena menyadari bahwa ketaatan itu di dala konteks karya Tuhan di dalam hidup jemaat: “it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” (ayat 13–NASB). Kesadaran bahwa Tuhan yang berinisiatif dan memberikan kemauan serta kemampuan kepada jemaat untuk mengerjakan ketaatan, dan tujuannya adalah untuk menyenangkan hati Tuhan.

Salah satu indikator ketaatan menyenangkan Tuhan adalah: melakukan ketaatan itu tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (ayat 14). “Bersungut-sungut” (murmurings: grumbling, grudging from discontent); “berbantah-bantahan” (disputings: dialogismos, debate, contention in verbal form). Sungut-sungut adalah sikap hati yang tidak rela/tidak senang, berbantahan adalah eskpresi dalam ucapan/kata-kata.

Illustrasi yang paling jelas dari sikap ketaatan yang tidak meyenangkan Tuhan ini adalah: sikap bangsa Israel selama perjalanan menuju Kanaan. Jelas-jelas Tuhan yang memilih untuk mengasihi mereka, membebaskan mereka dari perbudakan, menjanjikan tanah air yang elok, menyertai, mencukupi, melindungi mereka–namun Israel melakukan perjalanan itu dengan terus-menerus bersungut-sungut dan berbantahan/pemberontakan.

Kehidupan yang taat tanpa sngut-sungut dan berbantahan ini merupakan kesaksian yang kuat tentang Kristus kepada lingkungan di mana jemaat hidup. Kehidupan seperti itu akan menunjukkan identitas jemaat sebagai anak-anak Allah yang tanpa aib, tiada bernoda, dan tidak bercela. Begitu uniknya hidup seperti ini, sehingga itu akan membuat jemaat begitu berbeda dari dunia sekitarnya: “bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang” (ayat 15).

Kehidupan jemaat seperti itu akan membuat pemberitaan Injil menjadi efektif–karena berita Injil Kristus dibackup dengan kehidupan jemaat yang tak bercela (ayat 16). Tidak ada yang lebih menghambat pemberitaan Injil daripada: kemunafikan, yaitu kehidupan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan berita Injil itu sendiri. Pemberitaan Injil dan kebenaran firman Tuhan harus diiringi dengan kehidupan yang taat kepada Tuhan.

Kehidupan jemaat yang sepetti itulah yang membuat Paulus bersukacita–sekalipun ia ada di dalam penderitaan karena dipenjara, dan berada di bawah ancaman kematian. Sebab kehidupan jemaat yang taat itu merupakan bukti bahwa jerih payah penginjilan dan pelayanan Paulus selama ini tidaklah sia-sia. Paulus memandang bahwa hidup beriman dan taat yang dimiliki jemaat Filipi merupakan korban persembahan dan pelayanan (ibadah) kepada Tuhan (ayat 17).

Penerapan:
Melakukan ketaatan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tidak asal-asalan; melakukannya dengan penuh rasa hormat kepada Tuhan.

Views: 11

This entry was posted in Filipi, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *