Filipi 2:1-8
Sekalipun Paulus bersukacita karena hidup jemaat Filipi (1:3-4), tetapi ada hal yang membuat sukacita itu “belum sempurna” (ayat 2). Paulus melihat bahwa ada ketidaksatuan dan potensi perpecahan di dalam jemaat. Bahkan, Paulus secara khusus menyebut nama Euodia dan Sinthike agar sehati sepikir; dan meminta saudara seiman yang lain untuk menolong kedua orang itu mencapai kesatuan (4:2-3).
Paulus melihat bahwa sumber perpecahan adalah: egoisme, mencari pujian, dan hanya memperhatikan kepentingan sendiri. Akar dari egoisme adalah kesombongan: merasa lebih tinggi, lebih baik, lebih utama/penting daripada orang lain (ayat 3-4). Kunci kehidupan yang idak egois adalah: kerendahan hati dan sikap sebagai hamba.
Paulus mengajak jemaat Filipi untuk melihat Tuhan Yesus sebagai model hidup rendah hati dan berhati hamba (ayat 5-8): (1) tidak memandang kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan/dituntut/diperjuangkan untuk DiriNya sendiri; (2) telah mengosongkan Diri–melepas semua kesetaraanNya dengan Allah dan menjadi manusia; (3) selama menjadi manusia, Ia menempatkan diri untuk melayani orang lain sebagai hamba; (4) dan demi keselamatan manusia, Ia rela merendahkan diri untuk taat sampai mati di kayu salib–kematian yag paling mengerikan dan nista.
Perwujudan sikap rendah hati menurut teladan Tuhan Yesus adalah:
(1) tidak menuntut/berjuang agar orang lain memperlakukan dan menghargai sesuai dengan hak/kedudukan yang mestinya saya terima; tidak perlu marah/tersinggung ketika orang lain bersikap/memperlakukan dengan tidak tepat sesuai kedudukan saya;
(2) tidak memamerkan/mendemonstrasikan posisi/kedudukan/hak yang saya miliki supaya orang lain tahu siapa saya dan apa kedudukan saya;
(3) menempatkan diri sebagai hamba: memiliki sikap yang tunduk/menghormati orang lain, dan melakukan tindakan untuk melayani kebutuhan/kepentingan orang lain;
(4) menjalani hidup yang rendah hati dan menjadi hamba itu atas dasar ketaatan kepada Tuhan–“Christ first and others next” (Wiersbe, 2007).
Penerapan:
Tidak kaku dalam menerapkan jadwal aktivitas kampus–untuk menerima dan melayai mahasiswa/orang lain yang datang untuk bertemu atau konsulta
Views: 5