Hamba yang terpercaya

1 Korintus 4:1-6

Citra apa yang saya inginkan ada di benak orang lain tentang saya? Pandangan atas diri saya yang bagaimanakah yang saya inginkan dimiliki oleh orang lain? Sebagai apa dan dengan predikat/label apakah saya ingin dikenal oleh orang lain? Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya mencerminkan kesadaran saya akan siapa saya dan “berapa nilai” saya.

Di 1 Korintus 1:1, Paulus memperkenalkan dirinya sebagai orang “yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus.” Dan di bagian ini, ia menginginkan agar orang memandang dirinya sebagai “hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.”

Sebagai hamba, ia tidak ingin orang lain memandangnya (dan hamba Tuhan yang lain) sebagai seorang pelopor aliran, inisiator faksi, pemimpin besar, pengintrodusir ajaran baru, jago filsafat/teologia–yang seolah-olah dengan pemikiran sendiri menghasilkan pengajaran yang dahsyat; sehingga orang-orang kemudian mengaku sebagai anggota “golongan Paulus” untuk menyombongkan diri atau menempatkan diri lebih hebat daripada kelompok/golongan yang lain.

Sebagai hamba Kritus, ia tidak memperhitungkan (menganggap penting) penilaian manusia atas dirinya. Baik itu penilaian orang lain maupun penilaian dirinyanya sendiri. Satu-satunya yang diperhitungkan Paulus adalah penilaian dari Allah yang memanggilnya sebagai hamba dan mempercayakan suatu pekerjaan kepadanya. Standar yang digunakan adalah standar Tuhan, yaitu Firman Tuhan.

Sebagai hamba Kristus yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah, Paulus fokus kepada tugas panggilan Allah untuk hidupnya. Injil–berita bahwa Kristus disalibkan sebagai Penebus dosa–menjadi fokus pengajarannya, bukan filsafat atau argumentasi manusiawi. Penginjilan dan pembangunan jemaat menjadi fokus aktivitasnya, bukan membuat berbagai gerakan untuk membesarkan namanya sendiri. Warren Wiersbe menuliskan:

So, the main issue is not, “Is Paul popular?” or, “Is Apollos a better preacher than Paul?” The main issue is, “Have Paul, Apollos, and Peter been faithful to do the work God assigned to them?” … If a servant of God is faithful in his personal life, in his home, and in his ministry of the Word, then he is a good steward and will be adequately rewarded.

Kembali ke pertanyaan semula: pengakuan macam apa dan dari siapa yang saya kejar? Saya bisa hidup untuk memenuhi tuntutan orang lain (atau apa yang saya inginkan agar dipikirkan orang lain tentang saya); atau hidup untuk memuaskan citra diri yang saya bangun sendiri bagi saya.

Namun, yang sebenarnya harus saya lakukan adalah: hidup bagi Allah. Melakukan hanya yang Tuhan mau agar saya lakukan, hidup berdasar standar yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Hanya dengan cara itulah saya akan bisa mengatakan “Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *