1 Korintus 3:16-23
Do you not discern and understand that you [the whole church at Corinth] are God’s temple (His sanctuary), and that God’s Spirit has His permanent dwelling in you [to be at home in you, [3] collectively as a church and also individually]? (1 Korintus 3:16 – Amp)
Pertanyaan untuk menggugah kesadaran dan mengingatkan jemaat akan eksistensinya: jemaat–sebagai komunitas dan masing-masing individu–adalah rumah kediaman Allah. Kalau saya adalah bait Allah dan Roh Kudus berdiam (tinggal) di dalam saya, seperti apakah seharusnya hidup saya ini dibangun? Apakah saya akan membangun rumah kediaman Allah ini dengan bahan dan cara yang sembarangan?
Allah akan menjaga bait-Nya. Siapa menghancurkan atau merusak bait Allah, akan menerima konsekuensinya (pembalasan) dari Allah sendiri. Bagaimana kalau saya sendiri yang merusak diri saya sendiri sebagai bait Allah? Apakah saya akan mengkonsumsi atau memberikan pengajaran firman Tuhan yang tidak berkualitas kepada diri saya sendiri dan kepada jemaat?
Hikat manusia adalah kebodohan bagi Allah. Saya tidak akan mampu menangkap hal-hal yang dalam tentang Allah dengan mengandalkan hikmat dan kecerdasan saya. “Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat” (1 Korintus 3:18). Dan hikmat Illahi itu bisa saya dapatkan dengan memintanya kepada Tuhan: “If any of you lacks wisdom, he should ask God, who gives generously to all without finding fault, and it will be given to him” (Yakobus 1:5 – NIV).
Jangan bermain-main dengan proses pengenalan akan Allah dan pengajaran akan firman Tuhan. Sembrono dalam hal itu berarti sedang merusak bait Allah, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada saya. Bergantung kepada hikmat Tuhan, meminta pencerahan dan pengertian kepada-Nya dan tidak mengandalkan kecerdasan saya sendiri. Tekun untuk menggali dan merenungkan, sampai memperoleh apa yang Tuhan mau nyatakan. Serius di dalam penyelidikan Alkitab. Jangan lagi sembrono dan sembarangan melakukannya.
Views: 7