Cara Hidup Yang Mencerminkan Karakter Illahi

Ulangan 23:15-25

Sifat-sifat TUHAN yang tercermin di dalam ketetapan dan hukum-hukum-Nya adalah: kekudusan, keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Ketika umat TUHAN melakukan semua ketetapan TUHAN dengan sungguh-sungguh dan setia, maka tidak hanya hidup mereka mencerminkan kemuliaan sifat-sifat TUHAN yang mereka sembah, tetapi juga praktik ketaatan itu menanamkan sifat-sfat TUHAN di dalam watak atau karakter mereka.

Ayat 15-16. Dalam kasus ada budak yang lari dari tuannya yang adalah bangsa lain, TUHAN melarang umat-Nya menyerahkan kembali budak itu kepada tuannya, tetapi harus membiarkan dia tinggal di tengah-tengah umat TUHAN, dan dia tidak boleh ditindas. Bentuk penghargaan dan belas kasihan umat TUHAN kepada sesama: menerima orang yang lari dari penindasan dan memberi kesempatan untuk hidup sebagai orang merdeka di antara umat TUHAN.

Ayat 17-18. TUHAN melarang anak-anak umat TUHAN, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi pelacur bakti, yaitu pelacur di kuliah atau tempat penyembahan berhala yang terlibat dalam pada ritual atau praktik penyembahan berhala. TUHAN memandang praktik itu dan upah yang didapatkan dari praktik itu sebagai kekejian. Ini implementasi dari standar kekudusan hidup umat TUHAN.

Ayat 19-20. Ketetapan TUHAN tentang meminjamkan uang kepada orang lain. Kepada sesama umat TUHAN, tidak boleh memberi penjaman dengan bunga–baik pinjaman berupa makanan atau apapun yang bisa dibungakan. Tetapi umat TUHAN boleh memungut bunga pinjaman dari orang asing. Alasannya: (1) sesama umat TUHAN adalah saudara sendiri yang harus dikasihi dan ikut diperjuangkan kesejahteraannya; (2) agar TUHAN memberkati setiap usaha dan pekerjaan umat TUHAN.

Ayat 21-23. Tentang bernazar atau membuat janji iman: TUHAN memerintahkan agar umat-Nya tidak menunda-nunda untuk memenuhi nazarnya. Sebab, TUHAN akan menuntut pemenuhan nazar itu, dan apabila ditunda atau tidak ditepati, maka itu menjadi dosa di hadapan TUHAN. Nazar adalah sesuatu yang sifatnya sukarela, dari diri sendiri–bukan karena perintah atau tuntutan TUHAN. Karena itu, seseorang yang bernazar harus menepati dengan setia. Itu bentuk kesetiaan kepada TUHAN.

Ayat 24-25. TUHAN menetapkan prinsip saling menopang dan saling memenuhi kebutuhan di antara umat TUHAN. TUHAN tidak berkenan kepada sikap pelit atau egois atau mengeksklusifkan sesuatu yang menjadi milik seseorang–karena bukankah TUHAN yang memiliki segala sesuatu, dan umat-Nya adalah pengelolanya? Penerapan prinsip ini: (1) ketika ada yang berkekurangan dan sedang membutuhkan, boleh mengambil atau diberi dari apa yang menjadi milik umat TUHAN–sikap murah hati; (2) orang yang memerlukan itu hanya mengambil sesuai kebutuhannya, tidak boleh tamak dan dengan sesuka hati merampas milik orang lain–sikap tahu diri.

Penerapan:
Saya harus hidup sesuai ketetapan Tuhan, sebab cara hidup dan perilaku saya adalah refleksi sifat-sifat Tuhan. “Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.” (2 Korintus 3:3).

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *