Syarat pengenalan yang makin dalam tentang Allah

1 Korintus 3:1-3

Paulus menilai jemaat Korintus sekalipun sudah percaya, namun masih bayi, masih duniawi (orang percaya yang hidupnya masih didominasi oleh sifat-sifat kedagingan). Mereka pernah menjadi bayi, namun sampai sekarangpun mereka masih belum dewasa.

Orang percaya yang belum dewasa secara rohani, masih dikuasai/didominasi oleh sifat-sifat kedagingan (ordinary impulses, perilakunya masih menurut standar-standar manusiawi, bukan standar rohani atau illahi). Cirinya: masih ada perselisihan dan perpecahan–indikasi dari absennya kasih, dan kuatnya ego.

Dampaknya, dalam kaitan dengan pernyataan Allah, ialah: ketidakmampuan untuk menangkap dan mengerti hal-hal rohani dari Allah–tidak mampu mengunyah dan mencerna makanan keras yang merupakan konsumsi orang dewasa. Orang percaya yang masih duniawi hanya mampu mengkonsumsi kebenaran-kebenaran dasar/elementer (susu).

Kemajuan di dalam pengenalan akan Allah dan kedalaman pemahaman akan peryataan Allah tidak ditentukan oleh usia, pengalaman, pengetahuan, atau kecerdasan, namun oleh kehidupan rohani.  Semakin seseorang bertumbuh di dalam karakter illahi, semakin ia akan menangkap dan memahami pernyataan Allah.

Secerdas apapun saya, selengkap apapun referensi saya, seterampil apapun saya dalam teknik PA; selama saya masih hidup sebagai manusia duniawi saya tidak akan mampu menangkap kebenaran-kebenaran yang mendalam tentang Allah. Paling-paling saya hanya memahami hal-hal yang elementer.

Saya merindukan pengenalan dan pengalaman yang makin dalam dengan Allah. Saya perlu hidup secara rohani agar saya memperolehnya, karena ini bukan masalah kemampuan analisis atau kelengkapan bahan bacaan.

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *