Pemberitaan dengan kekuatan Allah

1 Korintus 2:1-16

Pemberitaan Injil itu sederhana: Kristus mati disalib untuk menebus dosa manusia, siapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup yang kekal. Tidak rumit, tidak membutuhkan pengetahuan filsafat, tidak harus menguasai logika atau teknik argumentasi dan persuasi. Ceritakan fakta historis tentang kematian Kristus dan tawarkan apakah orang mau percaya kepada-Nya.

Sisi yang lain: kebergantungan kepada kuasa Allah. Roh Kudus yang memberi kuasa di dalam perkataan Paulus dan bekerja di dalam hati/pikiran orang yang mendengarnya. Meyakinkan orang, menarik hati orang, membuat orang percaya adalah bagian/pekerjaan Allah. Tugas pemberita Injil adalah: bergantung penuh kepada Tuhan dan menceritakan berita itu kepada orang lain.

Ketakutan untuk ditolak, ketakutan untuk mengalami kegagalan (orang lain tidak mau mendengar atau menerima Injil), ketakutan untuk masuk dalam keadaan yang tidak menyenangkan–semua itu menjadi hambatan psikologis yang mencegah saya untuk memberitakan Injil.

Di sisi lain, ada penekanan yang terlalu kuat pada cara memberitakan, menyusun logika, mencari illustrasi, dan teknik persuasi yang ampuh untuk mempengaruhi orang lain. Dan sangat kurang/bahkan tidak ada kebergantungan kepada kuasa Roh Kudus untuk memberi hikmat, pengetahuan, dan kuasa untuk memberitakan; serta untuk membuat hati dan pikiran pendengar menjadi terbuka kepada pemberitaan.

Saya harus belajar untuk bergantung kepada Tuhan terkait dengan pemberitaan dan pengajaran Firman Tuhan. Sudah terlalu lama saya mengandalkan pengetahuan, kecerdasan, dan kecakapan bicara saya.  Saya sangat kurang di dalam berdoa ketika mendapat kesempatan untuk membagi Firman Tuhan. Prioritas harus saya berikan untuk berdoa; berdoa harus lebih banyak porsinya daripada PA dan persiapan khotbahnya.

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *