Jagailah Kemurnian Ibadahmu kepada TUHAN

Ulangan 12:1-4, 8-9, 29-32

Setelah mengulang kembali prinsip dasar kehidupan umat TUHAN yang tercantum di dalam 10 Hukum TUHAN, dan kembali mengingatkan umat TUHAN untuk mencintai TUHAN dan mentaati TUHAN, Musa kemudian mengajar tentang bagian hidup yang paling penting bagi umat TUHAN, yaitu: ibadah dan penyembahan kepada TUHAN. Pada bagian ini, Musa memberi peringatan kepada umat TUHAN agar tidak melakukan ibadah/penyembahan seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Kanaan yang akan mereka kalahkan.

Pertama, mereka harus menghancurkan sama sekali (utterly destroy–NASB) semua tempat-tempat penyembahan berhala yang ada di tanah mereka duduki, setiap penyembahan di atas gunung, bukit atau dibawah pohon (ayat 2). Merobohkan altar/mezbahnya, meremukkan tugu/batu berhala, membakar habis tiang/kayu berhala, menghancurkan semua patung illah, dan menghapuskan nama-nama mereka (berhala/illah) dari tempat itu (ayat 3)–tidak hanya dihancurkan secara fisik, tetapi juga dilupakan namanya.

Kedua, mereka dilarang untuk melakukan praktek penyembahan atau mencampurkan praktek penyembahan orang-orang Kanaan ke dalam ibadah mereka kepada TUHAN (ayat 4), sehingga menyebabkan ibadah kepada TUHAN tercemari/terkontaminasi dengan praktek-praktek penyembahan berhala bangsa-bangsa itu. Tetapi, mereka harus melakukan ibadah/penyembahan dengan cara yang ditentukan oleh TUHAN, tidak boleh dengan cara sesuka hati mereka sendiri (ayat 8), karena mereka belum masuk ke tanah perjanjian itu, masih dalma pengembaraan (ayat 9). Tetapi, ketika mereka sudah tinggal di sana, mereka harus mengikuti cara ibadah yang ditentukan oleh TUHAN.

Alasan mengapa umat TUHAN harus menghancurkan semua tempat penyembahan dan tidak mencari tahu (ayat 29-30) dan melakukan cara ibadah/penyembahan bangsa-bangsa Kanaan adalah: praktik ibadah/penyembahan yang dilakukan bangsa-bangsa itu adalah kekejian (sesuatu yang menjijikkan atau memuakkan). Praktik penyembahan yang mencerminkan kebobrokan moral dan kesesaatan. Praktik yang lazim dilakukan: ritual kesuburan–ritual hubungan sex dengan pelacur di tempat penyembahan berhala, sampai ritual membakar anak-anak mereka sendiri sebagai korban persembahan. TUHAN membenci praktik penyembahan yang menjijikkan itu (ayat 31).

Praktik penyembahan berhala yang dilakukan oleh bangsa-bangsa asli Kanaan itu begitu menjijikkan dan dibenci oleh TUHAN, sehingga TUHAN memunahkan mereka, dan memberikan tanah itu kepada umat-Nya. Dari mana bangsa-bangsa itu sampai punya gagasan dan ide ritual yang menjijikkan itu?

Paulus, dengan inspirasi dari Roh Kudus, menjelaskan: (1) akarnya adalah dari hati yang sekalipun sudah mengenal/mengerti eksistensi Allah, tetapi memilih untuk tidak memuliakan Dia sebagai Allah; (2) pikiran menjadi sia-sia dan hati menjadi bodoh dan gelap; (3) menggantikan kemuliaan Allah dengan berhala-berhala dan menyembahnya (Roma 1:21-23). Karena itu Allah “menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk” sehingga mereka melakukan segala macam kekejian itu (Roma 1:28). Kesudahan mereka adalah: murka Tuhan ditimpakan atas mereka, dan mereka dibinasakan oleh Tuhan.

Penerapan:
Ini menjadi peringatan keras bagi saya untuk sama sekali tidak berkompromi dengan praktek/cara hidup yang merupakan kejijikan yang dibenci Tuhan; yang sudah dibuktikan-Nya dengan menumpahkan murka kepada orang-orang yang melakukannya.
Kalau sekarang Tuhan, di dalam anugerah-Nya yang besar, sudah melepaskan saya dan mengampuni saya; bagian saya adalah: membersihkan sama sekali semua hal yang bisa menjerat saya ke dalam praktik hidup lama yang dibenci Tuhan itu.

Views: 6

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *