Kesulitan Untuk Merendahkan Hati

Ulangan 8:1-20

Pengembaraan umat TUHAN selama 40 tahun di padang gurun tidak boleh dilupakan. Sebab TUHAN memiliki tujuan yang baik untuk mereka. Itu bukan sekedar hukuman, tetapi di dalam hukuman itu ada maksud TUHAN untuk melatih umat-Nya. Agar mereka menjadi umat yang tunduk kepada TUHAN, umat yang rendah hati di hadapan TUHAN, umat yang bergantung dan mengandalkan TUHAN.

Hukuman/kesulitan diijinkan untk dijalani umat-Nya dengan tujuan: merendahkan hati mereka dan menguji mereka apakah mereka berpegang kepada perintah TUHAN atau tidak (ayat 2). Kesulitan, masalah, situasi yang mendesak, tantangan, dan pencobaan adalah salah satu cara Tuhan untuk menguji ketaatan seseorang kepada-Nya. Istilah “merendahkan hati” menggunakan kata anah yang berarti menekan, menundukkan. Tuhan mengijinkan kesulitan untuk membuat hati yang keras menjadi tunduk, hati yang liar menjadi jinak; sehingga taat kepada-Nya.

Keterbatasan dan ketidaknyamanan diijinkan TUHAN terjadi untuk membuat umat-Nya mengerti bahwa: “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi … dari segala yang diucapkan TUHAN” (ayat 3). TUHAN ingin umat-Nya tahu bahwa bukan situasi atau kondisi yang ada atau terjadi di sekitar mereka, bukan ada/tidak adanya makanan atau ada/tidak adanya sumberdaya yang menentukan hidup mereka, tetapi TUHANlah yang menjadi sumber kehidupan mereka. Secara khusus: bukan kondisi/situasi yang ada, melainkan perkataan/janji TUHANlah yang menjadi pegangan/alasan untuk hidup.

Dengan demikian, ketika mereka sudah lulus melalui kesulitan yang diijinkan TUHAN, ketika mereka sudah keluar dari padang gurun dan kemudian masuk ke Tanah Perjanjian yang subur, memiliki keidupan yang sejahtera, bahkan menjadi kaya dan berkuasa, mereka tidak melupakan TUHAN dengan berkata: “Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.” (ayat 17). Penderitaan dan kesulitan menolong seseorang untuk menyadari bahwa Tuhanlah sumber hidupnya, bahwa Tuhanlah yang memegang kekuasaan/otoritas; sehingga ketika hidupnya “sukses”, ia tidak menjadi sombong dan melupakan Tuhan–tetapi tetap menyembah Tuhan dan taat kepada perintah Tuhan.

Penerapan:
Bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan memiliki maksud baik di balik setiap kesulitan yang saya jalani (Roma 8:28). Berdoa agar tunduk dan taat kepada Tuhan di masa-masa sulit, agar tidak bersungut-sungut atau mengeluh, agar tidak berontak dan melawan Tuhan.

Views: 8

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *