Takut akan TUHAN, Kunci Kehidupan yang Baik

Ulangan 6:1-25

Prinsip hidup sebagai umat TUHAN yang utama: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (ayat 5). Semua eturan dan ketetepan TUHAN bersumber atau didasari atas prinsip utama ini. Umat TUHAN harus mengingatnya, menerapkannya, dan mengajarkannya kepada keturunan mereka. Tujuannya adalah: agar umat TUHAN hidup dengan keadaan yang baik (sejahtera). Hidup baik, sejahtera, panjang umur itu sumbernya adalah: takut akan TUHAN.

Dalam bagian ini, beberapa kali Musa menyebut tentang negeri yang akan diduduki oleh umat TUHAN, seperti yang suah dijanjikan-Nya. Negeri yang subur (ayat 3), dengan kota-kota yang besar dan baik (ayat 10), rumah-rumah yang berisi perabotan yang baik (ayat 11), dan kebun-kebun yang subur (ayat 11)–semuanya itu adalah pemberian TUHAN, di mana umat TUHAN tidak mendirikan, membangun, atau menanamnya. Tuhan sudah lebih dulu memberikan negeri yang baik kepada umat-Nya, dan Ia kemudian memberikan perintah/hukum supaya umat-Nya bisa menikmati negeri itu dengan peuh.

Tujuan TUHAN memberi perintah agar umat-Nya takut akan Dia, adalah untuk kebaikan umat-Nya sendiri. Supaya lanjut umur mereka (ayat 2), supaya sejahtera dan menjadi sangat banyak (ayat 3), supaya tidak punah karena murka TUHAN (ayat 15), supaya tetap hidup (ayat 24), dan supaya menjadi benar (ayat 25). TUHAN itu kudus, benar, dan adil. Ketika siapapun–individu, komunitas, atau bangsa–hidup sesuai prinsip moralitas-Nya, mereka akan hidup. Siapa yang tidak hidup sesuai prinsip-Nya akan dipunahkan. Bangsa-bangsa penghuni Kanaan itu dipunahkan dan negerinya diberikan kepada Israel karena: mereka hidup menyimpang dari prinsip TUHAN: “kedurjanaan orang Amori itu belum genap” (Kejadian 15:16). Ini konsisten dengan sikap TUHAN kepada manusia di zaman Nuh yang kejahatannya memilukan hati-Nya (Kejadian 6:5-7) atau kepada penduduk Sodom dan Gomora (Kejadian 18:20).

Musa memerintahkan agar umat TUHAN sungguh-sungguh mengingat dan melakukan ketetapan TUHAN dengan setia, agar mereka tidak melupakan TUHAN, agar mereka memelihara rasa takut akan TUHAN. Karena, hidupan yang makmur dan sejahtera bisa membuat mereka lupa akan TUHAN: “maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN” (ayat 12). Kalau umat TUHAN melupakan DIa, dan berpaling untuk menyembah allah-allah lain, maka TUHAN yang cemburu itu pasti akan menjatuhkan murka-Nya dan memunahkan mereka (ayat 15)–dan itulah yang terjadi di dalam sejarah Israel! Mereka melupakan TUHAN, mereka menyembah allah-allah lain; allah bangsa yang sudah dihalau TUHAN untuk memberikan negeri itu kepada mereka!

Musa memerintakan agar ketaatan kepada TUHAN itu tidak hanya dilakukan oleh bangsa Israel, tetapi harus diwariskan kepada keturunan mereka. Orangtua harus mengajar anak-anaknya tentang hidup yang takut akan TUHAN: mereka harus mengajarkan itu terus-menerus, di dalam semua aktivitas; supaya di dalam hati anak-anak mereka tertanam takut akan TUHAN dan terbangun hidup yang taat melakukan perintah TUHAN (ayat 7-9; 20-25). Tujuannya sama: agar keturunan mereka juga mengalami kehidupan yang baik dan sejahtera karena takut akan TUHAN. Betapa sebenarnya sederhana sekali kunci hidup sejahtera itu: takut akan TUHAN, beribadah kepada TUHAN dan taat melakukan perintah TUHAN.

Penerapan:
(1) Kembali menyatakan komitmen hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hati: untuk beribadah dan menyembah Tuhan saja, untuk taat melakukan segala perintah/ketetapan Tuhan.
(2) Terus mengajar anak-anak saya agar memgasihi Tuhan, agar beribadah kepada Tuhan, dan taat melakukan ketetapan Tuhan.

Views: 8

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *