TUHAN, Allah yang Berdaulat

Ulangan 3:23-29

Bagian yang menyedihkan–secara manusiawi. Tetapi inilah otoritas TUHAN, bukti bahwa TUHAN lebih besar dari siapapun, bukti bahwa TUHAN itu Mahakudus. Sebesar apapun “jasa seseorang kepada TUHAN”, itu tidak bisa mengubah keputusan TUHAN. TUHAN tidak bisa dipengaruhi oleh apapun di luar Diri-Nya. Tidak ada orang yang berjasa kepada TUHAN, tidak ada orang yang membuat TUHAN berhutang–karena semua orang itu bisa hidup hanya karena anugerah dan belas kasihan TUHAN.

Ketika bangsa Israel mengalahkan Sihon dan Og serta menduduki seluruh wilayah sebelah timur Yordan–sebuah wilayah yang sangat luas. Musa melihat bukti penyertaan TUHAN dengan kemenangan itu; Musa merasa bahwa TUHAN “mulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat” (ayat 24). Dan karena melihat kebaikan TUHAN itu, Musa jadi berpikir bahwa TUHAN yang baik mungkin akan mau mengubah keputusan-Nya atas dirinya. Karena itu Musa meminta: “Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon.” (ayat 25).

Cara berpikir yang sangat manusiawi. Saat seseorang marah kepada kita, dan menjatuhkan keputusan–kita berpikir bahwa ketika hubungan itu sudah diperbaiki, ktika sudah ada pertobatan, dan ketika orang itu sudah mulai menunjukkan kebaikannya dan pertolongannya kepada kita–itu bisa membuat kita berpikir bahwa ia akan mau mengubah keputusannya yang dulu–yang diambil ketika dalam kondisi murka. Dan seringkali itu berlaku dalam relasi antar manusia. Terutama orangtua dengan anak, atau antar pasangan hidup. Itulah manusia, yang masih bisa berubah dan mencabut keputusannya. Tetapi Allah bukanlah manusia!

Tetapi, TUHAN murka terhadap Musa dan tidak mendengarkan permohonannya. Firman TUHAN: “Cukup! Jangan bicarakan lagi perkara itu dengan Aku.” (ayat 26). Ada kesan bahwa Musa tidak hanya satu kali meminta, tetapi terus-menerus meminta kepada TUHAN setiap ada kesempatan. Dan itu membuat TUHAN murka kepada Musa, karena Musa meminta TUHAN mengubah keputusan-Nya. Ada keputusan TUHAN yang tidak bisa diubah lagi, karena keputusan itu tidak bersyarat. Janji TUHAN yang tidak bersyarat akan tetap digenapi, apapun yang terjadi; murka TUHAN yang tak bersyarat juga akan digenapi, apapun yang terjadi. TUHAN Mahakudus, Ia tidak akan melanggar ucapan-Nya sendiri, sekalipun yang meminta adalah Musa!

Yesus menaikkan doa yang sama kepada Bapa-Nya: “Kalau boleh, cawan ini lalu dari pada-Ku”. Injil mencatat bahwa Yesus menyerukan permohonan itu sampai 3 kali. Dan Bapa-Nya tetap dengan rencana-Nya, sekalipun tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Masalahnya bukan pada kuasa/kemampuan Tuhan, tetapi kepada kedaulatan Tuhan. Paulus berseru 3 kali, agar Tuhan mengambil utusan iblis yang menyiksanya–Tuhan menolak permintaan itu, sebab kondisi Paulus justru akan menyatakan anugerah Tuhan. Abraham tawar-menawar dengan Tuhan untuk Sodom dan Gomora, tetapi keputusan Tuhan tidak berubah. Daud berdoa puasa untuk nyawa anaknya dari Betsyeba elama 7 hari, tetapi Tuhan tidak mengubah keputusannya.

Tuhan, Engkau Allah yang berdaulat. Engkau tidak bisa dikendalikan atau dipengaruhi oleh siapapun–bahkan oleh hamba-hamba-Mu yang paling dekat kepadaMu. Engkau Tuhan yang bertakhta sebagai Raja, yang memerintah atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa membatalkan keputusanmu, tidak ada yang bisa mengubah ketetapanmu. Hanya Engkau sendiri yang memutuskan, Hanya pilihanMu sendiri yang berlaku. Orang tidak bisa menuntut penjelasan dan rasionalisasi, orang tidak bisa berargumen untuk mengubah pikiran-Mu. Tuhan, Engkau adalah Allah yang berdaulat! Saya menundukkan diri di bawah kedaulatan-Mu. Terpujilah Tuhan!

Views: 10

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *