Janji Tuhan Pasti Digenapi

Ulangan 1:1-5

Kitab Ulangan berisi pengajaran (khotbah) Musa kepada seluruh bangsa Israel (1:1)–sebelum ia dipanggil pulang ke hadirat TUHAN dan menyerahkan kepemimpinan umat Israel kepada Yosua (31:14). Musa mengulang sejarah perjalanan bangsa Israel dan mengajarkan lagi hukum-hukum TUHAN yang telah diberikan kepada bangsa Israel.

Lokasi dan waktu Musa mengatakan pengajarannya dicatat dengan detil, yaitu di padang gurun di seberang sungai Yordan, jaraknya 11 hari perjalanan dari Gunung Horeb. Bangsa Israel belum memasuki tanah Kanaan di seberang Yordan–sebab TUHAN sudah memutuskan bahwa Musa tidak boleh ikut menyeberang karena dosa yang dilakukannya (Bilangan 20:11-12). Waktunya adalah tanggal 1 bulan ke 11 tahun ke-40 (dihitung sejak Tuhan menghukum Israel karena pemberontakan mereka–Bilangan 14:22-23). Israel sudah merebut sebelah timur Yordan, dan wilayah itu diberikan kepada 3 suku Israel (Bilnaan 32:33).

Bangsa Israel kembali ke lokasi di mana mereka dulu membertontak, dan harus berjalan mengembara selama 40 tahun di padang gurun–berjalan berputar-putar untuk menghabiskan generasi tua yang tidak percaya kepada Tuhan. Masa 40 tahun berjalan, dan sekarang mereka ada di perbatasan Tanah Perjanjian. Bedanya adalah: sekarang mereka sudah balajar untuk taat–dan “lulus” menlewati tantangan yang dulu mereka pernah gagal.

TUHAN setia menepati janji-Nya. Sekalipun harus “tertunda” 40 tahun lamanya, tetapi Ia membawa bangsa Israel kembali ke titik ujung penggenapan janji-Nya, yaitu untuk menerima Tanah Perjanjian. Sekalipun berganti generasi, tetapi janji Tuhan tetap ditepati. Sekalipun ada penerima janji yang tidak bisa mengalami penggenapan janji itu-termasuk Musa, tetapi janji TUHAN tetap digenapi.

Bagaimana perasaan Musa? Ketika dia berdiri di hadapan seluruh bangsa Israel–semuanya adalah generasi yang baru. Hanya dirinya, Yosua, dan Kaleb yang termasuk generasi lama–generasi yang melihat dengan mata kepala sendiri pekerjaan TUHAN yang dahsyat untuk membebasakan umat-Nya dari Mesir. Mungkin perasaan Musa campur aduk: antara sukacita melihat penggenapan janji itu sudah di depan mata, dan kepedihan mengingat semua kesusahan dan “pembuangan waktu” puluhan tahun karena ketidaktaatan kepada TUHAN.

Terpujilah Tuhan yang setia dengan janji-Nya! Terpujilah Tuhan yang janji-Nya tidak bisa dibatakan karena ketidaktaatan manusia. Terpujilah Tuhan yang anugerah-Nya begitu besar sehingga tetap berkenan menggenapi janji-Nya. terpujilah Tuhan yang kuasa-Nya tak terbatas, sehingga tidak ada masalah atau hambatan apapun yang dapat menggagalkan rencana-Nya.

Saya mau untuk tekun memegang janji Tuhan. Untuk terus mendoakan penggenapan janji Tuhan. Untuk tidak putus asa dan hilang harapan sekalipun situasi seakan mengatakan mustahil bahwa janji Tuhan akan digenapi. Saya mau percaya, seperti Abraham: “Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” (Roma 4:20-21)

Views: 6

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *