Rencana Tuhan dan Peran Manusia

Markus 14:17-21

Ketika Yesus dan murid-muridnya sudah duduk untuk makan Paskah, Yesus membuat pernyataan yang mengejutkan: salah seorang dari 12 murid yang makan bersama-Nya malam itu akan mengkhianati/menyerahkan Dia. Perkataan Yesus itu membuat murid-murid-Nya menjadi terkejut dan sedih, dan mereka bertanya kepada-Nya satu-persatu “Bukan aku, ya Tuhan?”–termasuk Yudas, yang sudah membuat kesepakatan dengan pra imam kepala untuk menyerahkan Yesus.

Yesus sudah tahu bahwa Yudas akan menyerahkan-Nya; dalam Injil yang lain, dicatat ketika Yudas ikut bertanya: “Bukan aku, ya Rabi”, Yesus menjawab: “Engkau telah mengatakannya.” (Matius 26:25), dan selanjutnya Dia berkata: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera” (Yohanes 13:27). Bagaimana perasaan Yudas ketika mendengar penyataan Yesus itu? Kedoknya sudah dibuka–sekalipun hanya Yesus yang tahu. Ketika seseorang sudah tertangkap basah di dalam niat jahatnya, hanya ada dua pilihan: bertobat atau mengeraskan hati. Yudas memilih untuk mengeraskan hati dan melanjutkan rencananya untuk mengkianati Yesus.

Yesus juga menyatakan bahwa: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (ayat 21). Rencana Tuhan sudah ditetapkan: Mesias akan diserahkan kepada musuh-musuh-Nya untuk dibunuh. Dan agar rencana Tuhan itu terjadi, ada orang yang akan menjadi agen pelaksananya. Yesus mengatakan bahwa agen pelaksana itu adalah orang yang celaka (terkutuk), karena pengkhianatan yang dilakukannya. Sekalipun itu ada di dalam rencana Tuhan, tetapi tindakan Yudas tetaplah jahat di mata Tuhan.

Pertama, Yudas melakukan pekhianatan itu karena memang ia ingin melakukannya–itu pilihannya sendiri. Tuhan tidak pernah memaksa atau menyetir Yudas untuk melakukan kejahatan itu. Injil mencatat bahwa Iblis membisikkan–bukan memaksakan–gagasan itu kepada Yudas, dan Yudas mengikuti bisikan itu. Apa bedanya dengan penyangkalan Petrus? Petrus tidak pernah berniat atau berencana untuk menyangkal Yesus; tapi dalam situasi terdesak sifat penakutnya muncul, sehingga ia menyangkal untuk menyelamatkan diri. Sedangkan Yudas; Yudas merencanakan pengkhianatannya, sengaja melakukannya untuk memperoleh keuntungan finansial dan entah apa lagi motivasinya.

Kedua, misteri keterlibatan/peran manusia di dalam penggenapan rencana Tuhan. Tuhan punya rencana yang pasti akan terjadi, dan untuk menggenapi rencana itu, ada orang-orang yang terlibat di sana dengan pilihan dan keputusan mereka. Ketika peran atau perbuatan orang itu bersifat antagonis atau jahat di mata Tuhan, maka Tuhan menyatakan murka-Nya kepada orang itu. Akan tetapi, sifat Tuhan yang kasih itu selalu memberikan ruang bagi orang untuk bertobat–sekalipuin ia sudah melakukan kejahatan yang dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya. Dan ketika orang itu bertobat, maka ia diampuni dan dipulihkan oleh Tuhan.

 

Views: 5

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *