Berkat bagi Anak-anak

Markus 10:13-16

Dunia memiliki pandangan tentang kelompok atau kategori manusia yang dianggap layak atau berharga. Dunia membedakan manusia berdasarkan atribut-atrubut tertentu: usia, kepandaian, pengalaman, kekayaan, kedudukan, prestasi, dan sebagainya. Orang-orang yang mmeiliki atribut-atribut itu dipandang bernilai atau lebih bernilai, sehingga pantas untuk memperoleh penghargaan atau perlakukan lebih baik dari yang lain. Sebaliknya, orang yang tidak memilikinya akan dipandang tidak berharga, tidak penting, dan kemudian disisihkan atau diabaikan.

Dalam kejadian ini, ditunjukkan cara berpikir atau tata nilai murid-murid yang bertentangan dengan Yesus mengenai siapa yang layak atau pantas atau boleh untuk datang kepada Tuhan. Ketika orang-orang membawa anak-anak kecil mereka kepada Yesus untuk diberkati, murid-murid memarahi (epitimao: memarahi, menegor, menghardik) orang-orang itu (ayat 13), karena menganggap anak-anak itu tidak penting, tidak punya nilai tambah, hanya mengganggu dan menghabiskan waktu Yesus saja. Kata yang digunakan menunjukkan bahwa murid-murid tidak hanya mengeluarkan statement larangan, tetapi ada emosi kemarahan/kejengkelan.

Tetapi, ketika Yesus melihat apa yang dilakukan para murid, Ia marah kepada mereka (ayat 14). Kata yang dipakai adalah “aganakteo” yang berarti to be greatly afflicted, sangat tidak senang. Respons Yesus juga mengandung emosi yang kuat, yaitu rasa tidak senang yang kuat kepada tindakan murid-murid-Nya. Menghalangi anak-anak untuk mendapatkan berkat Yesus merupakan hal yang sangat tidak menyenangkan hati Yesus. Yesus berkata: “Biarkan … jangan menghalang-halangi…” (ayat 14) sebagai teguran keras kepada murid-murid-Nya.

Yesus kemudian mengeluarkan pernyataan yang penting. Diawali dengan frasa: “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya …” (ayat 15). Frasa ini biasanya dipakai Yesus untuk mengawali pengajaran prinsip yang penting, yang harus mendapatkan perhatian dari pendengar-Nya. Pernyataan-Nya adalah: “… barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” (ayat 15). Seperti seorang anak kecil: kepercayaan yang penuh, tidak merasa layak/tidak menghitung prestasi atau usaha, tulus–tidak ada agenda atau motif tertentu selain menikmati sesuatu, kebergantungan total kepada anugerah Tuhan dan tidak mengandalkan usaha sendiri.

Yesus menerima anak-anak kecil yang dibawa kepada-Nya. Ia memeluk anak-anak itu satu-persatu sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka dan memberkati mereka. Dan kealau Yesus memberkati seseorang, Ia melakukannya tidak sebagai formalitas atau dengan sembarangan, tetapi Ia memberikan berkat itu dengan penuh kesungguhan. Dan berkat itu benar-benar tercurah atas setiap anak yang dibawa kepada-Nya. Kita tidak pernah tahu bagaimana hidup atau nasib atau masa depan anak-anak itu. Seberapa besar dampat berkat Yesus yang diberikan atas mereka pada hari itu. Tidak ada catatan dalam Alkitab tentang mereka, tetapi kalau mengingat konsistensi Tuhan, maka kita bisa yakin bahwa berkat Yesus atas mereka itu menjadi pondasi kuat bagi hidup mereka selanjutnya.

Views: 7

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *