Melihat Kemuliaan Tuhan

Markus 9:2-13

Enam hari setelah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias dan pengajaran Yesus mengenai syarat untuk mengikuti Dia, Yesus membawa–berarti ini inisiatif Yesus untuk mengajak–tiga orang murid (Petrus, Yakobus, dan Yohanes) naik ke gunung untuk berdoa (Lukas 9:28). Dan ketika Ia berdoa malam itu, satu peristiwa yang mulia terjadi: Yesus berubah rupa wajah-Nya dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Bukan hanya itu, tampak Musa dan Elia dalam kemuliaan berbicara dengan Dia.

Beberapa hari sebelumnya, orang-orang Farisi meminta tanda dari langit, tetapi Yesus tidak mau memberikan-Nya kepada mereka (Markus 8:11-12). Karena Ia tahu mereka tetap tidak akan mau percaya. Sedangkan murid-murid-Nya, karena mereka telah percaya, justru Tuhan berkenan memberikan tanda dari langit untuk mereka: melihat kemuliaan Anak Allah dan melihat kehadiran dua nabi terbesar Israel (yang hidup ratusan tahun sebelumnya, yang namanya hanya dikenal di dalam Kitab Suci dan pengajaran dan sejarah). Sesuatu yang mustahil, dan hanya bisa terjadi oleh kuasa Tuhan.

Penampakan Musa dan Elia merupakan tanda bahwa Yesus adalah penggenapan semua hukum Tuhan dan semua nubutan nabi-nabi. Penampakan Musa dan Elia menjadi legitimasi atau pengesahan bahwa Yesus adalah Pribadi yang melanjutkan pekerjaan mereka, Pribadi yang menggenapi apa yang sudah mereka lakukan di tengah umat Tuhan. Yesus merupakan kelanjutan, penggenapan dari pekerjaan Tuhan melalui Musa untuk menjadikan Israel umat kepunyaan Tuhan, dan kelanjutan dari pekerjaan para nabi sesudahnya!

Ketiga murid itu sangat ketakutan melihat pemandangan itu. Di dalam ketakutannya, Petrus berbicara ngawur–asal bicara. Ia mengatakan bahwa pengalaman melihat kemuliaan itu membuat ia dan murid yang lain berbahagia (kalos: indah, bermanfaat)–padahal mereka sangat ketakutan. Dan ia mengusulkan untuk membangun tiga kemah. Untuk apa? Dari mana bahannya? Dicatat oleh Markus bahwa: “Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan” (ayat 5). Kalau tidak tahu harus ngomong apa, ya nggak usah ngomong!

Bukan Yesus yang menegur Petrus. Tetapi Allah Bapa sendiri yang berbicara! Datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengarlah suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (ayat 7). Ini pasti pengalaman yang menggetarkan bagi murid-murid: mereka mengalami apa yang mereka baca di dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu.” (Keluaran 19:9).

Peristiwa ini menjadi konfirmasi bagi murid-murid, keyakinan mereka bahwa Yesus adalah Mesias itu benar. Dikonfirmasi dengan fenomena supranatural perubahan fisik Yesus, penampakan dua nabi terbesar Israel, dan kehadiran Allah Bapa yang berbicara dengan suara yang bisa didengar oleh telinga mereka. Konfirmasi bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah! Dan ini juga menjadi konfirmasi bagi murid-murid untuk mau membayar harga sebagai pengikut Yesus; karena mereka melihat dan mengalami kemuliaan Sorga di dalam Yesus. Dan mereka “diakui” oleh Yesus dihadapan kemuliaan Allah Bapa (Markus 8:38).

Penerapan:
(1) Bersyukur untuk penguatan dari Tuhan melalui renungan ini: Tuhan berinisiatif untuk memberikan peneguhan untuk menguatkan iman saya—ketika saya ragu atau bingung, saya bisa meminta Tuhan untuk meneguhkan saya dengan cara-Nya.
(2) Waktu untuk sendirian berdoa merupakan waktu di mana Tuhan bisa menyatakan kemuliaan-Nya. Kalau saya tidak mempunyai waktu berdoa, maka saya bisa kehilangan kesempatan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Views: 10

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *