Markus 8:34-9:1
Yesus sudah mulai mengajarkan kebenaran tentang Mesias kepada murid-murid-Nya, yaitu Mesias harus mati dibunuh dan akan bangkit kembali. Itu adalah konsep tentang Mesias yang bertolak belakang dengan apa yang diyakini/dibayangkan oleh murid-murid selama ini–sekalipun sebenarnya sejalan dengan nubuatan para nabi. Setelah menjelaskan takdir Mesias yang “buruk” itu, Yesus mengajarkan syarat untuk menjadi pengiikut-Nya–seolah menyuruh orang berpikir ulang apakah masih akan tetap mau mengikut Dia: menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Dia.
Menyangkal diri (deny himself–NASB). Wiersbe (2007) mencatat bahwa “denying self” tidak sama dengan “self-denial“. Self-denial itu fokusnya pada diri sendiri: keputusan saya untuk tidak melakukan ini atau itu dengan tujuan tertentu. Menyangkal diri fokusnya kepada Tuhan–saya meletakkan keinginan saya di bawah keinginan Tuhan. Seseorang bisa melakukan self-denial yang sebenarnya bukan penyangkalan diri, sebab tindakan self-denial itu merupakan keputusannya sendiri–bukan kehendak Tuhan atas dirinya. Menyangkal diri berarti menyerahkan diri kepada Tuhan untuk mentaati kehendak-Nya.
Memikul salibnya (take up his cross–NASB). Pada masa itu, orang yang memikul salib adalah orang yang dianggap melakukan kesalahan sangat berat dan dijatuhi hukuman yang paling mengerikan dan paling nista/memalukan. Pasti syarat kedua ini menimbukan kegelisahan dalam diri orang-orang yang mendengarkan Yesus! Setelah Yesus disalib, murid-murid menangkap makna syarat ini: mereka harus mau mengalami apa yang dialami Guru mereka–menderita karena Tuhan. Tapi sebelum penyaliban Yesus terjadi, apa yang ada di pikiran mereka?
Perkataan Yesus selanjutnya memperjelas maksud kalimat “memikul salib” ini. Yesus menyatakan: “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil” (ayat 35). Salib adalah lambang kematian atau kehilangan nyawa; maka dapat disimpulkan bahwa syarat memikul salib berarti kesediaan untuk menyerahkan nyawa atau untuk mati karena Yesus. Ayat 36 dan 38 mempertegas maknanya: memikul salib berarti bersedia kehilangan segala sesuatu di dunia ini, bersedia untuk kehilangan kehormatan, sampai kehilangan nyawa karena Yesus.
Mengikut Yesus. Kata “mengikut” yang digunakan di bagian syarat ini berbeda dengan kata yang dipakai di awal kalimat Yesus. Pada frasa “Setiap orang yang mau mengikut Aku”, kata yang dipakai adalah erchomai (pergi atau datang) episo (belakang), yang berarti datang di belakang, atau datang untuk mengikuti–inisiatif dari orang yang datang. Sementara pada syarat yang dinyatakan Yesus, kata “mengikut Aku” menggunakan kata akoloutheo, yang artinya “bersama-sama di jalan”. berjalan bersama di jalan yang sama dengan Yesus. Bukan hanya mempelajari ajaran Yesus, tetapi memiliki relasi/persekutuan/fellowship pribadi dengan Yesus. Kala yang digunakan adalah present imperatif, artinya: terus-menerus mengikut Yesus.
Syarat yang berat–yang bertentangan dengan naluri manusia yang mementingkan diri sendiri, yang menghindari penderitaan/kesusahan, dan yang tidak mau diatur oleh siapapun. Apa yang akan diperoleh orang yang mengikut Yesus? Ayat 35-38; 9:1 mencatat apa yang akan diperoleh: (1) menyelamatkan nyawa, memperoleh kehidupan yang sejati, keselamatan kekal; (2) diakui oleh Yesus ketika Ia datang di dalam kemuliaan; (3) melihat manifestasi Kerajaan Allah dalam kuasa yang besar. Yesus menegaskan: itu jauh lebih berharga daripada semuanya, bahkan sekalipun seseorang bisa memiliki seluruh isi dunia ini, bisa memiliki semua keinginan manusia (ayat 36).
Penerapan:
Mengkonfirmasi kemabli keputusan dan komitmen untuk mengikut Yesus: bersedia tunduk kepada kehendak Tuhan, siap untuk mengalami hal yang tidak enak demi ketaatan kepada-Nya, bersedia untuk terus hidup mengikuti Dia.
Views: 8