Ketika Diberi Rahasia Tuhan

Markus 8:27-33

Yesus sudah bersama-sama dengan murid-murid-Nya lebih dari dua tahun. Selama waktu itu, Yesus mengajar dan melakukan berbagai tanda ajaib yang menunjukkan kuasa-Nya atas penyakit, roh-roh jahat, dan alam. Dalam waktu dua tahun itu, mujizat yang dilakukan oleh Yesus jauh lebih banyak daripada semua tanda-tanda yang dilakukan oleh para nabi di dalam sejarah umat Tuhan. Yesus juga memperlihatkan kehidupan yang sempurna: taat kepada hukum Tuhan dengan sempurna dan tidak pernah melakukan dosa sama sekali.

Tujuan-Nya adalah: menolong murid-murid-Nya untuk tahu dan percaya bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan Tuhan di dalam Kitab Suci, yang sudah dinantikan selama beratus-ratus tahun oleh umat Tuhan. Murid-murid tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi Yesus tahu. Dan sebelum Yesus mengajarkan dan membekali murid-murid-Nya dengan perkara-perkara rahasia tentang Mesias, Ia perlu memastikan lebih dahulu bagaimana keyakinan murid-murid-Nya. Karena merekalah yang akan diutus untuk melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi ini.

Di dalam perjalanan dari kampung ke kampung di wilayah Kaesarea Filipi, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya. Mula-mula Ia menanyakan apa yang dikatakan orang banyak mengenai Siapakah Diri-Nya (ayat 27). Murid-murid menjawab bahwa ada berbagai pendapat orang mengenai siapa Yesus: Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia (Matius 16:14), atau salah seorang dari para nabi. Intinya, orang banyak menyimpulkan bahwa Yesus memang seorang nabi yang diutus oleh Tuhan.

Kemudian, Ia bertanya apa pendapat dari murid-murid-Nya tentang Siapa Dia. Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias!“; dalam catatan Matius: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Matius 16:16). Pengakuan Petrus, yang mewakili murid-murid yang lain (kecuali Yudas) diterima Yesus dengan gembira. Secara khusus, Yesus menyatakan bahwa Petrus berbahagia, karena Bapa di Sorga menyatakan rahasia itu kepadanya (Matius 16:17). Kalau bukan Tuhan yang mencelikkan dan meyakinkan orang, maka orang tidak akan bisa memiliki pengertian dan iman bahwa Yesus adalah Mesias–sekalipun sudah mendengar pengajaran dan melihat semua tanda ajaib yang dilakukan-Nya.

Yesus mengafirmasi pendapat murid-murid. Yesus tidak menyangkal pengakuan murid-murid bahwa Ia adalah Mesias. Yesus menerima/membenarkan pengakuan itu. Sekalipun tidak secara ekplisit tertulis dalam Injil, tetapi Yesus menyatakan kepada murid-muridnya: Kalian benar, memang Aku adalah Mesias itu! Hal ini juga bisa disimpulkan dari perintah Yesus agar mereka tidak mengatakan kepada siapapun bahwa Ia Mesias!

Bagaimana perasaan murid-murid dan apa yang berkecamuk di dalam pikiran mereka? Mereka sudah lama mengikuti Yesus, mendengar pengajaran dan melihat semua yang dilakukan-Nya. Mereka berangsur-angsur dibangun pengertian dan kepercayaannya. Pemikiran dan keyakinan yang dimulai sejak Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus sebagai “Anak Domba Allah!” (Yohanes 1:36), mula-mula sebagai rabi, sebagai utusan yang disertai hikmat dan kuasa Allah, kemudian mulai tumbuh pikiran dan keyakinan: sepertinya Yesus ini adalah Mesias itu.

Dan ketika pengakuan itu secara eksplisit terucap, dan dikonfirmasi oleh Yesus sendiri, apa yang muncul di dalam hati dan pikiran mereka? Bagi Petrus (Matius 16:17-19), mungkin berarti kebanggaan dan kehormatan yang besar, sebab Yesus menyatakan bahwa ia akan menjadi pondasi umat Sang Mesias, dan kepadanya akan diberikan kunci Kerajaan Sorga. Bagi Yakobus dan Yohanes, ada harapan/ambisi untuk menjadi pemimpin yang mendampingi Mesias yang akan berkuasa di dalam kemuliaan-Nya (Markus 10:37). Murid-murid yang lain agaknya memiliki pemikiran yang semacam itu–semua itu disebabkan oleh konsep dan keyakinan orang Yahudi tentang Mesias yang selama ini mereka pegang.

Karena itu, mereka menjadi bingung dan gelisah ketika Yesus mulai mengajarkan kepada mereka bahwa Ia, Mesias itu, harus menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh pemimpin dan ulama, lalu akan dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (ayat 31). Pengajaran Yesus tentang Mesias bertolak belakang dengan keyakinan dan harapan pribadi mereka. Bingung, kaget, bertanya-tanya, dan mungkin kecewa karena impian/harapan mereka dipatahkan. Itulah yang membuat Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia!

Respon Yesus atas tindakan Petrus adalah: berpaling dan Ia memarahi/menegor Petrus. Tidak hanya kepada Petrus, tetapi kepada semua murid-murid-Nya yang lain, sebab dicatat oleh Markus bahwa Yesus berpaling “dan sambil memandang murid-murid-Nya” (ayat 33). Tegoran Yesus sangat keras: “Enyahlah Iblis”. Sangat ironis, karena sebelumnya Petrus diapresiasi sebab pengakuannya berasal dari Allah Bapa di sorga, dan sekarang ia ditegor sebagai manifestasi dari Iblis! Mengapa? Karena Petrus “bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (ayat 33).

Penerapan:

Ada rahasia yang sedang dinyatakan oleh Tuhan kepada orang percaya. Tuhan memberi tahu dan malukan pekerjaan-pekerjaan di dalam diri orang percaya, dalam rangka untuk membawanya kepada rahasia itu. Penghalang atau batu sandungan utamany adalah: memikirkan apa yang dipikirkan manusia, dan bukan yang dipikirkan Tuhan.
Kalau Tuhan menyatakan sesuatu rahasia kepadamu, waspadalah supaya kamu tidak memaknainya menurut pikiran manusiawimu. karena itu: (1) ujilah pemikiranmu dengan standar Firman Tuhan; dan (2) berdoalah kepada Tuhan untuk meminta diberi cara pandang dan cara berpikir yang benar, yaitu cara pandang Tuhan. Supaya kamu tidak salahh tafsir, dan kemudian justru rahasia itu membawamu kepada kesesatan dan ketidaktaatan kepada Tuhan.

Views: 4

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *