Mengatasi Kedegilan

Markus 8:14-21

Meninggalkan wilayah Dalmanuta di mana Yesus berkonfontrasi dengan orang-orang Farisi, Ia memberi peringatan kepada murid-murid agar mereka waspada kepada ragi orang Farisi dan ragi Yohanes. Kebetulan, murid-murid lupa membawa bekal, sehingga hanya ada satu roti di dalam perahu itu. Hal itu membuat mereka berpikir dan berkata satu sama lain bahwa peringatan Yesus diberikan karena mereka tidak memiliki roti! Mengetahui apa yang diperbincangkan murid-murid, Yesus menegur mereka.

Yesus bertanya: “Telah degilkah hatimu?” (ayat 17). Dalam terjemahan lain dituliskan: “Do you have a hardened heart?” (NASB). Kemudian Yesus mengutip perkataan nabi-nabi: “Kamu mempunyai mata, tidaklah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar” (ayat 18). Kutipan itu biasanya Ia tujukan kepada orang banyak dan pemuka agama Yahudi untuk menggambarkan kekerasan hati mereka yang tidak mau percaya.

Yesus menegur murid-muridNya, karena mereka masih juga belum mengerti sekalipun baru saja melihat mujizat yang dilakukan-Nya. Yesus kemudian mengingatkan lagi murid-murid-Nya tentang mujizat yang telah mereka lihat sendiri: memberi makan 5.000 orang dengan lima roti, dan sisa 12 bakul; kemudian memberi makan 4.000 orang dengan tujuh roti, dan sisa tujuh bakul. Dan Yesus bertanya: “Masihkah kamu belum mengerti” (ayat 21) atau “How is it that ye do not understand?” (KJV).

Apa yang masih belum dipahami oleh murid-murid? Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan, fakta bahwa Yesus memiliki kuasa, fakta bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Semua yang dilakukan oleh Yesus selama ini adalah untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Sang Mesias, Anak Allah. Yesus menujukkan hikmat-Nya, menunjukkan kuasa-Nya atas segala penyakit dan kelemahan atau cacat, menunjukkan kuasa-Nya atas roh-roh jahat, menunjukkan kuasa-Nya atas kematian, menunjukkan kuasa-Nya atas alam, dan menunjukkan kuasa-Nya untuk menciptakan. Semuanya untuk menyatakan bahwa Diri-Nya adalah Mesias, Anak Allah.

Kekerasan hati membuat tidak bisa memahami pernyataan Tuhan. Punya mata dan melihat, tetapi tidak bisa mengerti. Punya telinga dan mendengar, tetapi tidak bisa memahami. Ketika seseorang tidak bisa memahami pernyataan Tuhan kepadanya, bukan masalah disabilitas fisik, bukan pula masalah tingkat kecerdasan; tetapi masalah hati yang keras. Karena itulah dalam Amsal ditulis: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7)–Hati yang takut akan Tuhan dalah hati yang hormat, hati yang tunduk, hati yang mau taat; sedangkan hati yang keras adalah hati yang memberontak atau melawan Tuhan, menolak untuk tunduk kepada Tuhan.

Lalu seperti apakah seseorang yang bertobat dari kekerasan hatinya? (1) Mengakui kekerasan hatinya: keyakinannya yang salah, kesukaannya kepada sesuatu yang tidak berkenan kepada Tuhan, keterikatannya kepada apa yang tidak benar bagi Tuhan, pembenaran diri dan usaha legitimasi atas kesesatannya; (2) Kemauan untuk tunduk kepada kehendak Tuhan, kemauan untuk menerima kebenaran Tuhan, kemauan untuk melepas apa yang salah yang dipegangnya selama ini; (3) Berbalik, meyakini dan melakukan kebenaran yang Tuhan nyatakan.

Ada perbedaan perlakukan Yesus menghadapi dua kedegilan: kedegilan orang Farisi dan kedegilan murid-murid-Nya. Kepada orang Farisi, Yesus memutuskan bahwa sudah cukup melayani mereka, dan Ia meninggalkan mereka. Sedangkan kepada murid-murid, Ia masih terus bersabar untuk menolong mereka mengerti. Terpujilah Tuhan yang memberikan anugerah dan kesempatan kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Terpujilah Tuhan yang masih tekun menolong dan tidak berputus asa bagi orang-orang yang dikaksihi-Nya. Bukan karena murid-murid lebih baik daripada orang-ornag Farisi, tetapi karena kasih karunia Tuhan saja yang membuat mereka masih dipertahankan.

Views: 8

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *