Allah Peduli

Markus 8:1-9

Yesus dan murid-murid menghadapi situasi yang sama dengan yang pernah dihadapi: orang banyak yang mendengarkan Yesus tidak memiliki makanan. Orang banyak itu sudah 3 hari bersama Yesus–sehingga kemungkinan besar bekal mereka sudah habis. Yesus merasa kasihan kepada orang banyak itu, dan Ia concern dengan kondisi mereka. Ia menyatakan concern-Nya itu kepada para murid.

Yesus, representasi Allah di dunia ini, memiliki perhatian kepada manusia. Ia memperhatikan keperluan/kebutuhan orang-orang di sekitar-Nya. Betapa mudahnya untuk menyuruh mereka pergi dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Bukankah Yesus sudah melayani mereka selama 3 hari ini? Apakah Yesus juga harus mengurusi soal makanan mereka? Tetapi pemikiran seperti itu tidak ada di dalam hati Yesus; melainkan yang ada adalah: Ia memikirkan dan concern dengan kondisi orang banyak yang dilayani-Nya. Ia telah memberi mereka makanan rohani, Ia juga peduli dengan kebutuhan mereka akan makanan jasmani.

Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhanmu, Tuhan tahu apa yang menjadi keresahanmu. Dan Tuhanmu adalah Pribadi yang penuh belas kasihan, yang memberi perhatian kepada apa yang kaupergumulkan, memberi perhatian kepada apa yang kaukuatirkan. “Serahkanlah segala kakuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7). Dalam parafrase JB Philips: “You can throw the whole weight of your anxieties upon him, for you are his personal concern.” Dalam terjemahan lain, dituliskan: “Casting the whole of your care [all your anxieties, all your worries, all your concerns, once and for all] on Him, for He cares for you affectionately and cares about you watchfully” (Amplified).

Menanggapi kepedulian Yesus, murid-murid menjawab dengan ungkapan “keputusasaan”: Bagaimana di tempat sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang? Mereka sudah lupa pada peristiwa yang baru beberapa waktu yang lalu terjadi: Yesus memberi makan 5.000 orang, dan sisanya 12 keranjang. Mengapa tidak ada murid yang berpikir: “Yesus pasti akan melakukan mujizat itu lagi, mari kita mencari makanan yang ada untuk diberkati-Nya”? Pengalaman yang spektakuler ternyata belum cukup untuk membuat mereka beriman.

Pikiran ini selalu muncul: “Memang dulu Tuhan pernah menyelamatkan dan menaolong dengan cara yang ajaib; tetapi itu dulu. Apakah Tuhan akan melakukannya lagi sekarang? Siapa yang bisa menjamin bahwa sekarang Tuhan akan bekerja? Bagaimana kalau sekarang–apapun alasannya, Tuhan tidak berkenan untuk menolong? Bukankah Ia berdaulat, dan tidak bisa diatur oleh siapapun?”.

Tetapi, Allah yang berdaulat itu adalah Allah yang mengasihimu, yang memperhatikanmu, yang turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan kepadamu (Roma 8:28), yang tidak memiliki rancangan atau pikiran jahat setitikpun karena Ia Mahakudus. Sehingga seharusnya kamu tidak bisa mencurigai-Nya. Ia mengasihimu, dan kasih-Nya sudah terbukti dengan kematian Kristus bagimu, ketika kamu masih berdosa (Roma 5:8). Allah itu yang mengatakan supaya jangan kuatir, karena burung pipit di udara dan bunga bakung di padang saja dipeliharanya, apalagi kamu anak-anak-Nya (Matus 6:26,30).

Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya ada berapa roti yang mereka punya. Tujuh roti diambil-Nya; Yesus mengucap syukur kepada Tuhan untuk roti-roti itu dan memecah-mecahkannya. Ia memberikan potongan-potongan roti itu kepada murid-murid untuk dibagikan kepada orang banyak. Beberapa ikan kecil yang ada juga diberkati-Nya, dan Ia memerintahkan murid-murid untuk membagi-bagikannya.

Orang banyak, yang jumlahnya sekitar 4.000 orang itu, tidak bisa melihat apa yang terjadi. Mereka hanya tahu bahwa mereka disuruh oleh Yesus untuk duduk di tanah, dan kemudian murid-murid Yesus datang kepada mereka untuk membagikan roti. Mereka makan sebanyak yang mereka mau–sampai kenyang. Dan setelah itu, murid-murid mengumpulkan makanan yang tersisa–terkumpul tujuh keranjang besar!

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan! Kebutuhan yang sanbat besar bisa dipenuhi dengan “modal” yang sangat kecil–yang sama sekali tidak sebanding dengan kebutuhannya dan benar-benar tidak akan mungkin untuk dilakukan dengan cara manusia! Murid-murid juga tidak bisa menjelaskan bagaimana prosesnya: yang mereka tahu–mereka mengambil potongan roti yang diberikan oleh Yesus, dan membagikannya kepada orang banyak.

Penerapan:
(1) Memuji Tuhan karena Ia adalah Allah yang perduli, yang member perhatian kepada sasaya, kepada kebutuhan, kekuatiran, dan pergumulan saya. Tidak hanya perduli, tetapi Ia berkehendak untuk menolong saya.
(2) Tidak membiarkan apapun membuat saya kuatir, tetapi menyerahkannya kepada Tuhan yang memelihara hidup saya.

Views: 7

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *