Rahasia Illahi Itu Untuk Diketahui

Markus 4:21-25

Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap (untuk menjadi nyata) (ayat 22). Pada ayat 11, Yesus juga memakai istilah “rahasia Kerajaan Allah”. Tujuan Allah adalah menyatakan kehendak-Nya. Tuhan tidak berteka-teki atau bermaksud membingungkan manusia, tetapi Ia ingin agar isi hati dan kehendak-Nya diketahui oleh manusia.

Memang perkara-perkara Illahi itu tersembunyi dan rahasia–sebab hanya “Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah … tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat dalam diri Allah selain Roh Allah.” (1 Kor. 2:10-11). Tetapi, Allah ingin agar apa yang tersembunyi di dalam Diri-Nya itu dimengerti oleh umat-Nya. Sekalipun demikian, karena perkara-perkara itu tersembunyi/rahasia; maka tidak sembarang orang yang bisa mengetahuinya.

Mereka yang memiliki Roh Allah, mereka yang memiliki hati yang haus dan sungguh-sungguh untuk mengetahui dan mentaatinya, seperti tanah yang baik (ayat 20); mereka yang “mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam” (Ams 2:4). Merekalah yang akan dapat menerima dan memahami rahasia-rahasia Illahi. Karena Tuhan tidak sembarangan memberikan rahasia-Nya yang mulia kepada mereka yang tidak “layak”–sebagaimana orang tidak akan melemparkan mutiara kepada babi (Mat 7:6).

Seberapa banyak rahasia Illahi itu akan diterima seseorang? Sebanding dengan seberapa tinggi seseorang menghargainya dan seberapa sungguh-sungguh seseorang memegang dan mentaatinya. “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu” (ayat 24). Semakin seseorang menghargai dan mentaati apa yang sudah diketahuinya, maka kepadanya akan ditambahkan. Tetapi sebaliknya, mereka yang tidak melakukan apa yang sudah diketahui, maka justru apa yang sudah ada akan diambil dari padanya.

Penerapan:
Mengakui bahwa saya tidak sungguh-sungguh menghargai dan menggunakan apa yang sampai saat ini sudah saya ketahui/pelajari. Saya tidak bertumbuh untuk menghayati dan menerapkan kebenaran yang sudah saya terima. Sehingga pertumbuhan saya dalam pengenalan akan Tuhan juga lambat/mandeg.
Kembali memperbaharui komitmen untuk sungguh-sungguh belajar, untuk sungguh-sungguh menghargai dan menggunakan apa yang dipelajari.

Views: 13

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *