Rahasia Pertumbuhan Firman Tuhan

Markus 4:26-34

Paulus menulis: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.” (1 Kor 3:6-7). Prinsip itu juga diajarkan Yesus pada murid-murid-Nya: proses pertumbuhan benih itu ada di tangan Tuhan. Penabur hanya bertanggung jawab menabur dengan setia, hasilnya–pertumbuhannya, ia tidak dapat campur tangan: “bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu” (ayat 27).

Akan tetapi, benih yang sudah ditabur dan ditumbuhkan oleh Tuhan itu akan berkembang menjadi sesuatu yang besar. Sekalipun mungkin ketika ditabur benih itu sangat kecil dan sepertinya tidak berarti. Di tangan Tuhan ketika benih yang sekecil biji sesawi itu akan tumbuh berkembang menjadi pohon yang besar, punya cabang-cabang yang besar, dan menjadi tempat hinggap dan bersarang burung-burung di udara. Kata kuncinya: “apabila ia ditaburkan” (ayat 32).

Bukan si penabur, tetapi Tuhan yang memberi pertumbuhanlah yang menjadi faktor penentu. Karena benih, yaitu firman Tuhan, “firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:11). Benih firman itu ada kuasa, sebab ia adalah perkataan yang keluar dari mulut Tuhan yang Mahakuasa, yang kehendak-Nya pasti terjadi.

Jadi, konsentrasilah kepada ketekunan untuk menaburkan benih firman itu, kepada dirimu sendiri ataupun kepada orang lain–ketika Tuhan memberi kesempatan. Pastikan bahwa firman Tuhan, dan bukan pikiran manusia, yang disampaikan dan yang direnungkan; sebab pikiran atau perkataan manusia tidak punya kuasa, sedangkan firman Tuhan itu punya kuasa. Tuhan yang punya bagian untuk mengerjakan firman-Nya di dalam hati orang.

Penerapan:
Bersyukur karena firman Tuhanlah yang berkuasa mengubah hidup orang dan membuat orang menghasilkan buah. Terus tekun membaca, mendengarkan, dan merenungkan firman Tuhan. Sungguh-sungguh dalam menyampaikan firman Tuhan–kaletika dan kalau Tuhan memberi kesempatan.

Views: 20

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *