TUHAN, Sumber Pengampunan dan Pembebasan

Mazmur 130:1-8

Seruan Pemazmur yang sedang menanti pengampunan dosa dari TUHAN. Ia sudah berbuat dosa atau kesalahan, dan sekarang ia berseru-seru kepada TUHAN. Ia meyakini bahwa TUHAN tidak terus mengingat kesalahan-kesalahan, tetapi di dalam TUHAN ada pengampunan (ayat 4). Ia meyakini bahwa pada TUHAN ada kasih setia dan pembebasan (ayat 5). Karena itu ia mengajak umat TUHAN untuk berharap kepada TUHAN.

Ketika jatuh di dalam dosa atau kesalahan, Pemazmur mengalami kesesakan dan tidak berdaya untuk menyelamatkan diri sendiri, diibaratkan seperti orang yang jatuh ke dalam jurang (ayat 1). Seperti orang di dalam kegelapan malam (ayat 6). Tidak ada yang bisa dilakukan selain berseru kepada TUHAN, meminta pertolongan dari TUHAN. Pemazmur berseru kepada TUHAN karena ia mengenal sifat TUHAN: tidak terus mengingat kesalahan (ayat 3), penuh pengampunan (ayat 4), penuh kasih setia, dan telah banyak kali mengadakan pembebasan/penebusan (ayat 7).

Pemazmur menanti-nantikan jawaban TUHAN. Menunggu TUHAN menyatakan pengampunan dan penebusannya dengan jelas di dalam firman-Nya (ayat 5). Ia sangat mengharapkan dan menantikan pernyataan TUHAN itu–ia tidak menenteramkan dirinya dengan analisis/pikiran sendiri tentang pengampunan TUHAN, tetapi ia menunggu TUHAN berbicara dengan jelas bahwa ia sudah diampuni dan ditebus.

Pemazmur menyadari bahwa hanya TUHAN yang bisa memberikan pengampunan dan pemulihan. Tidak ada yang lain. Karena itu ia berseru kepada TUHAN dan mengajak umat TUHAN untuk berharap kepada TUHAN. Sebab pada TUHAN ada kasih setia dan telah mengadakan banyak pembebasan. Kalau ada yang bisa membebaskan, maka satu-satunya adalah TUHAN.

Penerapan:
(1) Memuji Tuhan, Sumber Pengampunan dan Pembebasan/Penebusan satu-satunya.
(2) Terus tekun memohon belas kasihan Tuhan, agar Tuhan mengampuni dosa yang sudah kami lakukan, agar Tuhan menolong kami dari kesesakan sebagai akibat dosa itu, dan agar Tuhan membebaskan dan memulihkan kami sampai tuntas.

Views: 8

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *