Firman TUHAN Sumber Kebenaran

Mazmur 119:121-144

Kebimbangan, keraguan, kebingungan itu ada dalam diri orang yang tidak mengerti firman Tuhan. Kalau orang mengerti firman Tuhan, maka ia akan mengerti apa yang benar, apa yang adil, apa yang berkenan kepada Tuhan. Padahal, Tuhan akan ada di pihak orang yang melakukan apa yang benar, apa yang adil, dan apa yang berkenan kepadaNya. Karena itulah, Pemazmur sangat menghargai firman Tuhan dan sangat haus untuk mengerti kebenaran Tuhan yang dinyatakan di dalam firman-Nya

Ayat 121-128. Pemazmur memohon agar TUHAN menyelamatkannya dari tangan orang-orang fasik yang sedang/akan memerasnya/menekannya/menindasnya (oppressor). Karena Pemazmur meyakini bahwa TUHAN ada di pihak orang yang taat kepada-Nya. Pemazmur sudah hidup sesuai dengan firman TUHAN: menjalankan hukum dan keadilan, hidup jujur dan membenci segala macam dusta. Karena itu, Pemazmur memohon TUHAN untuk bertindak, menyatakan pembelaannya kepada orang yang taat kepada-Nya.

Ayat 129-136. Firman TUHAN memberi terang dan pengertian kepada orang-orang bodoh, karena itu Pemazmur sangat mendambakan firman TUHAN. Pemazmur sangat haus akan firman TUHAN, ia sangat mencintai firman TUHAN–sampai membuat gambaran mulut yang terbuka karena kehausan, dan ia menangis ketika melihat ada orang yang tidak taat kepada firman TUHAN. Sebab Pemazmur tahu betapa berharganya firman TUHAN itu bagi hidup seseorang.

Ayat 137-144. Firman TUHAN itu kokoh. Kebenaran dan keadilan TUHAN itu tetap, tidak akan goyah untuk selama-lamanya. Keadilan dan kebenaran TUHAN dinyatakan di dalam firman TUHAN, firman TUHAN adalah jaminan/dasar dari tindakan TUHAN yang benar dan adil. Sehingga, orang-orang yang lemah dapat memiliki keyakinan bahwa TUHAN akan selalu bertindak benar dan adil, sesuai apa yang dinyatakan di dalam firman TUHAN.

Penerapan:
Ketika merasa bimbang atau ragu, renungkan prinsip kebenaran di dalam firman Tuhan, dan gunakan prinsip itu untuk mengambil sikap dan keputusan tindakan yang akan dilakukan.

Views: 5

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *