Ketika Tak Berdaya Dalam Kesesakan

Mazmur 88:1-19

Ada kalanya Tuhan mengijinkan seseorang mengalami penderitaan atau masalah yang sangat besar, yang membuat sangat tertekan, sangat ketakutan, sangat kebingungan, sampai tidak bisa berpikir lagi, sampai tidak berdaya, sampai tidak bisa lagi melakukan apa-apa. Kecuali satu: berseru-seru minta pertolongan kepada Tuhan.

Ayat 1-3. Pemaxmur berseru-seru kepada Tuhan siang dan malam. Mengapa ia berseru kepada Tuhan? Sebab Pemazmur tahu bahwa Tuhan adalah Sumber Keselamatan (LORD, the God of my salvation atau LORD, the God who saves me): YEHOVAH elohiym yeshuwah; YAHWEH, Tuhan Penyelamat.

Ayat 4-9a. Pemazmur mengatakan/mengakui kondisinya kepada Tuhan–sekalipun tanpa diberitahu pun, Tuhan sudah mengetahuinya. Jiwanya kenyang dengan malapetaka, hidupnya sudah hampir mati, tidak punya kekuatan, tingal di antara orang-orang mati, berada dalam kegelapan. tertekan oleh panas dan oleh gelombang murka Tuhan. Dijauhi kenalan-kenalan, dan menjadi kekejian (kejijikan) bagi mereka. Pemazmur tidka bisa bicara, tidak bisa berbuat apa-apa, kekuatan hidupnya semakin pudar.

Ayat 9b-13. Argumen Pemazmur agar Tuhan menyelamatkannya: kalau sampai ia mati karena malapetaka yang saat ini menimpanya, maka ia tidak bisa bersyukur kepada Tuhan, tidak bisa memberitakan kebaikan Tuhan, tidak bisa menyaksikan keajaiban yang dilakukan Tuhan. Kalau dia mati, maka tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan apa-apa demi kemuliaan Tuhan. Orientasinya adalah: hidup untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk menikmati kehidupan.

Ayat 14-18. Kembali Pemazmur berseru kepada Tuhan meminta tolong. Mengungkapkan rasa putus asanya kepada Tuhan atas semua persoalan atau malapetaka yang sedang dialaminya. Mengakui bahwa semua kesesakannya itu “berasal” dari Tuhan, Tuhan yang mengijinkan semua itu terjadi. Mengakui ketidakberdayaannya, dan mengakui bahwa hanya Tuhan saja satu-satunya yang bisa menyelamatkannya.

Penerapan:
Kalau situasi seperti itu diijinkan terjadi kepada saya, mazmur ini mengajarkan:
(1) Ingat, semua situasi terjadi karena ijin Tuhan–maka kepada-Nya saya harus datang;
(2) Ingat, Tuhan adalah satu-satunya Sumber Pertolongan–bukan usaha sendiri, bukan orang lain;
(3) Berhentilah untuk berusaha keluar dengan caramu sendiri; tetapi jangan berhenti berseru kepada Tuhan, sampai Ia memberikan jawaban-Nya.

Views: 5

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *