Jangan Anggap Enteng Murka Tuhan

Mazmur 79:1-13

Ketika Tuhan murka karena dosa umat-Nya, Ia tidak segan untuk menjatuhkan hukuman. Hukuman itu nyata, berupa kesulitan dan malapetaka. Memang tidak semua kesulitan itu merupakan hukuman dari Tuhan, tetapi jangan pernah berpikir bahwa Tuhan tidak akan mendatangkan melapetaka sebagai bentuk hukuman-Nya. Mamzur ini menggambarkan kehancuran total umat Tuhan karena murka Tuhan dicurahkan atas mereka.

Dalam kasih-Nya, Tuhan “banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya” (Maz 78:38b). Tapi seringkali itu disalah mengerti sebagai Tuhan yang tidak tega atau yang tidak akan membuktikan ancaman hukuman-Nya! Tuhan tidak pernah beretorika atau mengeluarkan ancaman kosong. Ia akan menghukum dan sudah terbukti bagaimana umat Israel dihancurkan habis-habisan oleh murka Tuhan karena mereka tidak bertobat dari dosa-dosa mereka!

Ayat 1-4. Pemazmur meratapi kehancuran Yerusalem oleh serangan bangsa-bangsa lain. Mereka menduduki Tanah Perjanjian, menajiskan Bait Suci, membuat Yerusalem menjadi puing-puing. Mereka membunuh hamba-hamba Tuhan dan orang-orang yang dikasihi Tuhan, mayat-mayat mereka tidak dikubur tapi dibiarkan dimangsa burung dan binatang buas. Karena itu umat Tuhan menjadi bahan cemoohan bangsa-bangsa lain yang melihat.

Ayat 5-9. Seruan Pemazmur kepada TUHAN agar menghentikan murka-Nya–Pemazmur yakin malapetaka ini berasal dari murka TUHAN. Kalaupun TUHAN murka, Pemazmur minta agar murka itu ditimpakan kepada bangsa-bangsa yang telah menghancurkan umat pilihan-Nya. Pemazmur memohon agar TUHAN memberi pengampunan kepada umat-Nya, agar tidak memperhitungkan dosa-dosa nenek moyang mereka. Pemazmur memohon TUHAN segera menolong umat-Nya, sebab umat-Nya sudah menjadi sangat lemah.

Ayat 10-13. Permohonan Pemazmur agar TUHAN bertindak membalas bangsa-bangsa penyerang, agar semua orang melihat kemuliaan TUHAN, bahwa TUHAN itu membela umat-Nya dan TUHAN membalas mereka yang mencemooh dan mencela TUHAN. Pengampunan, pertolongan, dan pembalasan TUHAN itu yang dirindukan Pemazmur. Ketika TUHANbertindak menolong, umat TUHAN akan beryukur dan memuji TUHAN selama-lamanya.

Ketika Tuhan murka kepada umat-Nya karena dosa mereka, Tuhan bisa menghukum dengan mendatangkan malapetaka, kesusahan, dan kehancuran–ini bukan retorika, ini riil. Murka dan hukuman Tuhan itu nyata: malapetaka atas tubuh (penyakit, luka, kematian), atas harta benda (habis, hilang, dirampas, rusak, menjadi puing), atas psikologi (stress, malu, sedih, sakit hati, putus asa), atas nama baik (cemooh, cela, hinaan).

Karena itu jangan pernah main-main atau memandang ringan murka Tuhan! Rendahkan diri dan memohon pengampunan dan belas kasihan Tuhan. Kalau Tuhan sudah murka dan menghukum, hanya Tuhan yang bisa menghentikan murka-Nya, hanya Tuhan yang bisa menghentikan malapetaka yang sedang menimpa.

Karena itu jangan pernah merasa sombong: merasa sanggup untuk menerima murka Tuhan, merasa akan bisa menanggung akibat dosa, mengeraskan hati di dalam dosa sekalipun sudah mendapat peringatan/ancaman hukuman yang akan dijatuhkan. Jangan pernah menantang Tuhan untuk menghukum; gentar dan gemetarlah di hadapan Tuhan yang Mahakudus dan Mahaadil!

Penerapan:
(1) Mengakui sudah memiliki sifat yang sombong: merasa sanggup menanggung konsekuensi dosa dan murka Tuhan, memandang ringan malapetaka akibat murka Tuhan yang saya alami; sehingga mengeraskan hati untuk tetap mempertahankan dosa walupu sudah ditegur.
(2) Memohon belas kasihan Tuhan dan pengampunan Tuhan, agar Tuhan mengangkat hukuman dan murka yang sedang atau akan dijatuhkan-Nya kepada saya.

Views: 4

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *