Doa Kepada TUHAN, Hakim Yang Adil

Mazmur 75:1-11

Di tengah situasi yang mungkin sulit bagi umat TUHAN, Pemazmur melihat TUHAN sebagai Hakim yang akan menyatakan keadilan-Nya pada waktunya. TUHAN tidak tinggal diam, TUHAN tidak ada di tempat yang jauh, tetapi TUHAN itu dekat dan hadir di tengah segala situasi kehidupan manusia. Penghakiman TUHAN-lah yang akan berlaku. Dan penghakiman itu adil, tidak bisa dipengaruhi, diintimidasi, atau dimanipulasi orang-orang fasik. Kebenaran dan keadilan akan ditegakkan, orang-orang fasik akan menerima hukuman TUHAN.

Ayat 1-4. Pujian dan ucapan syukur kepada TUHAN sebab (1) TUHAN itu dekat, tidak jauh atau asing, tidak mengisolasi Diri, tetapi Ia hadir di tengah umat-Nya, Ia mengetahui dan terlibat dengan apa yang sedang terjadi dan sedang dihadapi umat-Nya; (2) TUHAN melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib/mujizat/perkara yang sulit atau mustahil; (3) TUHAN adalah Hakim yang menghakimi dengan adil pada waktu yang telah ditentukan-Nya sendiri.

Ayat 5-9. Sebagai Hakim, TUHAN-lah yang memegang otoritas untuk menentukan keputusan-Nya. Pembual tidak bisa membual/pamer/menyombongkan kehebatannya, orang fasik tidak bisa menunjukkan/pamer kekuatan/kekuasaannya. Sebab TUHAN tidak bisa dipengaruhi atau diintimidasi; TUHANlah yang memutuskan dan menentukan siapa yang direndahkan/dipermalukan dan siapa yang ditinggikan/dipromosikan. Di tangan TUHAN-lah otoritas dan kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman/malapetaka kepada semua orang fasik.

Ayat 10-11. Memahami itu semua, Pemazmur mengambil posisi di pihak TUHAN. Ia hendak bersorak-sprai selamanya, bermazmur bagi TUHAN, yaitu Allah Israel. Karena dan dengan keyakinannya bahwa: segala kekuasaan/kekuatan orang-orang fasik akan dihancurkan TUHAN, tetapi kekuatan orang-orang benar akan tinggikan-Nya.

Penerapan:
(1) Saya memuji Tuhan karena: (a) Tuhan itu dekat, hadir, dan mengetahui semua situasi yang sedang terjadi di dalam hidup saya; Tuhan memberi perhatian-Nya; (b) Tuhan itu Hakim Tertinggi, bukan manusia atau pemerintahan apapun/manapun, tetapi Tuhanlah yang menentukan orang benar akan ditinggikan, sedang orang fasik akan dihukum.
(2) Mempercayai keadilan Tuhan. Tidak menggunakan pikiran/perhitungan saya sendiri untuk menilai apakah hidup saya ini sudah benar atau apakah saya merasa sudah melakukan apa yang benar, tetapi meminta Tuhan yang menghakimi dan menilai hidup saya. Dengan cara: datang kepada Tuhan meminta Tuhan menguji hati saya dan menunjukkan jalan kepada kebenaran (Maz 139:23-24).

Views: 5

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *