Hanya Dekat Allah Saja Aku Tenang

Mazmur 62:1-13

Salah satu mazmur yang mengangkat tema “TUHAN adalah sumber pertolongan dan perlindungan”. Dalam mazmur ini Daud mengkontraskan orang yang berharap dan bergantung kepada TUHAN dengan orang yang mengandalkan rancangan kejahatan kepada orang lain dan yang mengandalkan kekayaan/kedudukan/kekuatan mereka sendiri.

Bait yang diulang dalam mazmur ini: Daud mengingat bahwa TUHAN adalah keselamatan, gunung batu, dan kota benteng yang membuat Daud tidak goyah–sehingga Daud di dalam segala keadaan dan bahaya bisa menantikan pertolongan TUHAN dengan tenang (tidak panik, tidak kalut, tidak tergesa). Ketenangan Daud menghadapi segala situasi karena percaya kepada TUHAN yang adalah keselamatan, gunung batu, dan kota benteng yang kuat (ayat 2-3, 6-7).

Daud melihat orang fasik bersikap: Pertama, agresif, menyerang/menyerbu orang lain; terus memberi tekanan seperti seorang yang berusaha mendorong tembok/pagar yang sudah miring, terus menekan/mendorong sampai roboh; menggunakan rencana, kebohongan, dan kelicikan untuk menjatuhkan orang lain (ayat 4-5).

Kedua, mengandalkan posisi/kedudukan, kekuatan untuk memaksa orang, dan kekayaan; padahal itu semua sebenarnya sia-sia/kosong/tak punya bobot. Karena faktanya: “kuasa dari Allah asalnya (power belongs to God)”; dan TUHANlah yang memiliki kekuatan dan kedaulatan untuk memperlakukan setiap orang sesuai kasih setia dan keadilan-Nya (ayat 10-12).

Karena itu, sikap yang diambil oleh Daud adalah: menaruh kepercayaan kepada TUHAN, hanya mengandalkan TUHAN. Secara praktis tindakannya adalah: terus (setiap waktu) menantikan TUHAN dengan sabar dan tenang sembari mencurahkan semua isi hati kepada TUHAN (ayat 2, 9).

Penerapan:
Mempercayai bahwa hanya Tuhan yang menjadi sumber pertolongan dan perlindungan. Tidak mengandalkan usaha dan kekuatan sendiri–karena kekuatan itu adalah milik Tuhan. Menantikan pertolongan Tuhan dengan tenang dan dalam diam secara eksternal, tetapi di dalam hati terus mencurahkan semua isi hati di dalam doa kepada Tuhan.

Views: 5

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *