Ketika TUHAN Mendisiplin

Mazmur 38:1-23

Pergumulan dan doa Daud kepada TUHAN ketika ia sedang mengalami disiplin yang berat dari TUHAN karena dosanya. Disiplin TUHAN itu digambarkan sebagai sakit yang berat atas tubuhnya dan menimbulkan kesesakan atau kesedihan yang besar di dalam hatinya. Tidak disebutkan apa dosa yang telah dilakukan Daud, tetapi istilah yang digunakan adalah: dosaku, kesalahanku, dan kebodohanku. Daud meyakini bahwa apa yang dia alami adalah murka atau amarah TUHAN atas dosanya.

Ayat 1-11. Keluhan Daud kepada TUHAN karena ia merasa sangat menderita akibat murka TUHAN atasnya karena ia telah berdosa. (1) Ada penderitaan fisik: daging dan tulang tidak sehat, luka yang busuk dan bernanah, terbungkuk-bungkuk jalannya, pinggang penuh radang, kehabisan tenaga dan remuk redam, jantung yang berdebar-debar. (2) Ada penderitaan hati: beban yang terlalu berat, dukacita sepanjang hari, rintihan, keluhan, dan semangat hidup yang memudar.

Ayat 12-13, 17-21. Penderitaan akibat murka TUHAN itu berdampak kepada relasi Daud dengan orang lain: (1) Sahabat, teman, dan sanak saudara menyisih dan menjauh karena penyakit yang dideritanya. (2) Musuh-musuh memasang jerat dan merancang kehancurannya sepanjang hari, mereka melihat penderitaan Daud, dan menanti-nantikan saat di mana Daud jatuh, sehingga mereka bisa bersorak dan bermegah karena kejatuhannya.

Ayat 14-16, 22-23. Daud tidak berkata apa-apa kepada manusia. Ia menutup diri seperti orang bisu dan tulis. Pikiran dan hatinya hanya fokus kepada TUHAN, sebab Daud tahu bahwa hanya kepada TUHAN ia bis aberharap, hanya TUHAN yang akan menjawab doanya. Karena itu Daud berseru agar TUHAN tidak meninggalkannya, agar TUHAN tidak jauh daripadanya. Daud memohon agar TUHAN segera memberikan pertolongan, sebab TUHAN adalah keselamatannya!

Penerapan:
Berdoa meminta belas kasihan Tuhan untuk teman yang sedang mengalami penderitaan karena disiplin Tuhan–agar Tuhan memberikan pengampunan, agar Tuhan menghentikan murka-Nya, dan agar Tuhan segera memberikan pertolongan dan pemulihan.

Views: 17

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *