Tinggal di Gunung Tuhan

Mazmur 15:1-5

Siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Ada dua kata kerja yang digunakan di awal Mazmur ini: (1) menumpang–gur: berbelok dari jalan untuk menumpang sebagai tamu, tetapi juga mengandung unsur kegentaran karena berada di tempat yang asing; (2) diam–shakan: tinggal secara permanen, tinggal secara kontinyu.

Hadirat Tuhan adalah tempat yang kudus, sehingga tidak sembarang orang yang dapat tinggal menetap atau bahkan hanya sekedar mampir (menumpang sementara) di sana! Hadirat Tuhan yang Mahakudus itu pasti akan menimbulkan kegentaran dan ketakutan. Jadi sekalipun orang merindukan dan ingin untuk bisa berada di hadirat-Nya, keinginan dan kerinduan itu disertai dengan rasa takut dan gentar. Karena Tuhan yang bersemayam di sana adalah Tuhan Yang Kudus, yang tidak bisa melihat setitik dosa pun.

Karena itu, hanya orang-orang benar saja yang akan bisa tahan untuk berada di hadirat Tuhan. Orang yang hidupnya berintegritas, yang melakukan kebenaran, yang tidak berdusta, yang tidak memfitnah, tidak menjahati sesamanya, tidak mencemooh atau mengumpat orang lain. Orang yang membenci orang fasik, tetapi menghormati orang yang takut akan TUHAN. Orang yang menepati janji meskipun rugi, tidak mencari riba, tidak menerima suap untuk melawan orang yang tak bersalah.

Orang yang akan bisa tahan di hadirat Tuhan yang Kudus adalah mereka yang: hidupnya benar/bertintegritas secara pribadi, yang hidupnya benar dalam hal perkataan, yang hidupnya benar dalam relasi dengan orang lain, dan yang yang hidupnya benar dalam kaitan dengan uang atau harta–personal, komunikasi, relasi, usaha/pekerjaan.

Saya sudah merasakan kegentaran dan ketidaknyamanan yang sangat hebat ketika saya–yang masih menyembunyikan dosa dan kejahatan saya–berada di tengah orang benar, di hadirat Tuhan yang Mahakudus. Saya merasa sangat tertekan, sehingga saya tidak bisa tahan lagi untuk menyembunyikan dosa saya–dan membuat saya mengaku dosa saya di hadirat Tuhan di hadapan orang-orang benar.

Saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan berbelas kasihan, sehingga saya dibawa ke dalam situasi yang memungkinkan saya mengalami kegentaran kepada kekuudusan Tuhan. Tolonglah saya, agar hati saya dibuat semakin gentar kepada kekudusan-Mu, agar hati saya dibuat semakin muak dan tidak tahan dengan dosa, sehingga akan menolong saya untuk hidup kudus di hadapan Tuhan.

Tuhan, Engkau yang sudah memulai pekerjaan-Mu untuk menguduskan saya, silakan Tuhan melanjutkannya sampai tuntas–sampai hati saya berubah sebagaimana yang Kauinginkan. Saya menyerah kepada proses yang Kaukerjakan. Saya mau menjalaninya. Karena saya ingin hati saya dimurnikan, supaya saya bisa diam di hadirat-Mu–sebab di sanalah tempat yang paling penting untuk saya tinggali.

Views: 6

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *