Mazmur 1:1-6
Berbahagialah orang yang … dalam terjemahan lain: “Diberkatilah orang yang …” membuka mazmur ini. Struktur kalimat yang juga digunakan oleh Tuhan Yesus ketika mengajar orang banyak di atas bukit: “Berbahagialah orang yang …” (Matius 5). Membaca kalimat ini, dapat disimpulkan bahwa mazmur ini berisi resep hidup yang berbahagia atau diberkati oleh Tuhan. Apa resepnya?
Pertama, tidak berjalan menurut nasihat orang fasik (jahat). Tidak mengikuti saran, pikiran, tata nilai, atau prinsip yang fasik–yang jahat di hadapan Tuhan. Ini bicara tentang cara berpikir dan tata nilai yang menjadi dasar keputusan dan tindakan. Roma 12:2 memberi petunjuk bahwa perubahan (transformasi) hidup itu berasal dari pembaharuan akal budi (pikiran).
Kedua, tidak berdiri di jalan orang berdosa. Jalan bisa dimaknai sebagai cara, metode, atau pola perilaku. Jangan bertindak dengan menggunakan cara, metode atau pola perilaku orang berdosa–orang yang meleset dari firman Tuhan, yang menggunakan caranya sendiri yang jahat di hadapan Tuhan.
Ketiga, tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Ini menunjuk kepada pergaulan atau persahabatan. Jangan bergaul atau bersahabat dengan para pencemooh–orang-orang yang suka membual, sombong, merasa kuat, merasa pintar, merasa kaya, merasa punya kuasa–sehingga merendahkan dan menghakimi orang lain.
Keempat, menyukai/mencintai firman Tuhan–memiliki keinginan dan kehausan akan firman Tuhan: seperti Maria yang haus akan pengajaran Tuhan Yesus, sehingga ia lebih mementingkan untuk duduk mendengarkan Tuhan ketimbang sibuk dengan aktivitas di dapur. Dari mana cinta akan firman Tuhan itu tumbuh? Apakah seseorang bisa mengusahakan agar hatinya mencintai firman Tuhan?
Kelima, merenungkan (memikirkan) firman Tuhan siang dan malam. Secara kontinyu merenungkan atau memikirkan firman Tuhan. Firman Tuhan terus-menerus mengisi pikirannya. Merenungkan firman Tuhan menjadi kebiasaan (habit) hidupnya. Kata yang digunakan adalah hagah yang artinya menggumam–firman Tuhan begitu memenuhi pikirannya sampai-sampai apa yang dipikirkan itu keluar dari mulutnya.
Agar bisa terus merenungkan firman Tuhan, tentu saja harus menyediakan waktu untuk terpapar oleh firman Tuhan, dari paparan firman Tuhan itulah proses perenungan bisa dilakukan. Terpapar firman Tuhan dari: membaca, menghafal, atau mendengarkan firman Tuhan.
Penerapannya:
(1) Harus menyediakan satu waktu tiap hari untuk membaca Alkitab, dan merenungkan bacaan itu sepanjang hari. Jangan selesai membaca lalu melupakannya, tetapi terus memikirkan firman Tuhan yang dibaca itu sepanjang hari.
(2) Gunakan waktu luangmu–ketika tidak sedang bekerja–untuk merenungkan firman Tuhan, untuk memikirkan perkara-perkara yang rohani.
Views: 11