Dua Pengadilan, Dua Respons

Matuis 26:57-75

Tuhan Yesus diadili oleh Mahkamah Agama Yahudi. Imam-imam kepala, bahkan seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap-Nya, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tidak ditemukan kesalahan apapun di dalam hidup Tuhan Yesus yang bisa dituduhkan kepada-Nya. Bahkan tuduhan palsupun tidak bisa dibuktikan–Allah Bapa tidak mengijinkan ada satupun celah yang bisa dipakai orang untuk mendakwa Tuhan Yesus.

Satu-satunya yang dijadikan dasar hukuman mati adalah: Tuhan Yesus menyatakan bahwa Diri-Nya adalah Mesias, Anak Allah (ayat 63-64). Itu bukan dusta, itu bukan kebohongan, itu adalah kebenaran–tetapi Mahkamah Agama menyatakan bahwa pengakuan itu merupakan hujatan kepada Allah (ayat 65). Maka mereka sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Tuhan Yesus.

Sementara itu, Petrus juga menghadapi “pengadilan kecil”. Ada hamba perempuan mengatakan bahwa Petrus juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu. Petrus menyangkal komentar itu di depan semua orang. Ia pindah ke lokasi lain, dan ada lagi orang yang menyebut bahwa dia adalah pengikut Tuhan Yesus. Sekali lagi Petrus menyangkal, kali ini dengan bersumpah.

Kemudian orang-orang yang ada di situ mendatangi Petrus dan mengatakan bahwa ia adalah pengikut Yesus. Dalam kondisi terdesak itu, Petrus mulai mengutuk dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu.” Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus tentang penghianatannya itu. Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Betapa kontras antara Tuhan Yesus dan Petrus. Begitu mudah Petrus menyangkal Guru-Nya ketika ia merasa terancam. Komitmen Petrus untuk mengikut Tuhan sampai menyerahkan nyawanya, ternyata dalam hitungan jam sudah runtuh karena ia takut ketika merasa terancam oleh orang di sekitarnya.

Renungan:

  1. Bukan tekad, niat baik, janji, bahkan ketulusan/kesungguhan yang akan membuat seseorang bisa taat total kepada Tuhan. Manusia itu debu, dagig itu lemah–hanya dengan kekuatan dan pertolongan Roh Kudus saja seseorang bisa sungguh-sungguh taat kepada Tuhan.
  2. Bagaimana bisa terus mengalami pertolongan dan kekuatan dari Roh Kudus? Bagaimana bisa bergantung kepada Tuhan setiap waktu? Sebab begitu seseorang merasa kuat/bisa taat, saat itu ia menempatkan dirinya di tepi jurang kegagalan–tinggal didorong sedikit oleh kondisi/situasi, ia pasti akan terjungkal jatuh ke dalam jurang,

Views: 37

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *