Mengetahui Kehendak Tuhan dan Mentaatinya

Matius 26:47-56

Yudas, salah satu dari ke-12 murid, datang membawa serombongan orang banyak membawa pedang (kemungkinan tentara Romawi) dan pentung. Rombongan itu di bawah perintah para pemuka gama Yahudi. Yudas sudah bersepakat untuk memberi tanda Siapa yang harus ditangkap, yaitu Orang yang akan diciumnya.

Sampai di lokasi Tuhan Yesus, Yudas segera maju menemui Yesus dan berkata “Salam, Guru” dan mencium Dia. Kata “salam” yang dipakai adalah: chairo yang berarti: “berbahagialah” atau “damai bagimu”. Kata “mencium” diterjemahkan dari kataphileo yang berkonotasi ekspresi kasih persahabatan. Tindakan dan perkataan Yudas adalah simbol kasih dan hormat, tetapi dengan sengaja/terencana dipakai untuk menghianati dan mencelakakan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus tidak bisa dikelabuhi. Ia sudah tahu bahwa Yudas akan menyerahkan-Nya kepada orang-orang yang ingin membunuh-Nya. Dan Tuhan Yesus membongkar kedok Yudas pada saat itu juga dengan menjawab: “Hai teman, untuk itukah [menyatakan kasih] engkau datang?” Dalam catatan Lukas, Tuhan Yesus berkata: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” (22:48). Bahkan ketika sudah gamblang Tuhan mengetahui isi hatinya, Yudas masih berusaha menutupi/mengelabui/berpura- pura dengan salamnya. Betapa licik dan jahatnya hati manusia!

Salah seorang murid, Simon Petrus, menghunus pedang dan menyerang seorang hamba Imam Besar. Yang diserang adalah kepala orang itu, tetapi meleset dan mengenai telinganya hingga putus. Situasi yang mengejutkan karena tiba-tiba datang orang banyak yang menangkap Tuhan, luapan emosi melihat apa yang terjadi pada Gurunya, mendorong Simon Petrus untuk bertindak.

Tetapi, justru Tuhan Yesus menegur Simon, dan berkata bahwa Tuhan Yesus bisa berseru kepada Allah Bapa agar mengirimkan lebih dari 12 pasukan (legion) malaikat untuk membantu Dia. Tetapi, Tuhan Yesus tidak akan melakukannya, supaya rencana Tuhan yang telah ditulis dalam Kitab Suci digenapi. Lukas mencatat bahwa Tuhan Yesus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya (22:51)–menunjukkan kuasa supra natural yang dimiliki oleh Tuhan Yesus–Ia membiarkan Diri-Nya ditangkap bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak mau melepaskan Diri–demi mentaati kehendak Bapa-Nya!

Pengkhianatan Yudas, dengan sengaja dan terencana menyerahkan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang akan membunuh-Nya. Semangat dan spontanitas Petrus, yang mendorongnya bertindak tanpa mengetahui kehendak Tuhan. Penyerahan Tuhan Yesus, yang sekalipun memiliki semua kuasa di bumi dan di sorga, memilih untuk menyerahkan Diri demi mentaati kehendak Allah Bapa. Keputusasaan para murid, yang melihat harapan mereka hancur, maka mereka melarikan diri.

Penerapan:
Yang paling utama adalah: mengetahui kehendak Bapa, dan dengan sepenuh hati dan kesadaran mentaatinya.

Views: 43

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *