Berjaga dan Berdoa

Matius 26:36-46

Getsemani adalah sebuah lokasi di seberang Sungai Kidron, di bagian barat kaki Bukit Zaitun yang menghadap ke Yerusalem. Tempat itu ada taman yang ditumbuhi pohon zaitun, dan kemungkinan ada pemerasan minyak zaitun di sana, karena nama Getsemani berarti: “oil press“. Itu adalah tempat yang sering digunakan Tuhan Yesus untuk berkumpul bersama para murid (Yohanes 18:1,2)

Tuhan Yesus meminta murid-murid tinggal di situ, sementara Ia pergi ke lokasi yang berbeda untuk berdoa. Tuhan mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes bersama-Nya. Tuhan menyongsong waktu penggenapan kehendak Bapa-Nya dengan berdoa. Doa adalah tonggak-tonggak utama di dalam hidup Tuhan Yesus: Ia memulai pelayanan dengan berdoa puasa 40 hari, setiap pagi ketika hari masih gelap Ia berdoa, doa mengawali keputusan-keputusan terpenting dalam pelayanan-Nya, dan doa adalah hal yang dikerjakan menjelang penangkapan-Nya.

Pada waktu itu mulailah Ia merasa sedih dan gentar. Pada waktu perjamuan makan, Tuhan terkesan sangat tenang dan commited untuk menjalani kehendakbapa-Nya, tetapi semakin dekat kepada waktu itu semua akan terjadi, hati-Nya mulai (archo: dikuasai) dengan kesedihan dan tekanan yang berat, sehingga Ia menyatakan bahwa hatinya angat sedih, “seperti mau mati rasanya” (ayat 38). Sebelumnya, tidak pernah ada catatan kesedihan dan tekanan batin yang seberat ini dialami oleh Tuhan Yesus. Sampai-sampai Ia memerlukan 3 murid-Nya untuk berjaga bersamanya.

Murid-murid yang diminta untuk menemaninya berdoa justru tertidur–“mata mereka sudah berat” (ayat 43). Tuhan Yesus, ketika mendapati mereka sedang tidur, membangunkan Petrus dan berkata kepadanya: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (ayat 41). Roh, niat hati untuk mentaati Tuhan sering bertentangan dengan daging yang lemah–dan kekuatan pengaruh daging/tubuh ini hanya bisa diatasi dengan berjaga-jaga dan berdoa.

Tiga kali Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa: mengungkapkan kegentaran-Nya untuk menerima cawan murka Allah, dan meminta kalau sekiranya mungkin cawan itu tidak perlu diminum-Nya–tetapi Tuhan Yesus menundukkan diri di bawah kedulatan Allah Bapa, Tuhan Yesus tetap menempatkan diri-Nya, keinginan-Nya, dan kehendak-Nya di bawah kehendak Bapa-Nya. Doa adalah: mencurahkan isi hati dengan jujur, mengajukan permintaan/keinginan–tetapi dengan sikap seorang hamba: tidak memaksa/memerintah, tetapi tunduk kepada kehendak Tuhan!

Penerapan
Ketika rohmu sedang bergumul dan konflik dengan daging–jangan melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan perhatian atau mengulur waktu: tetapi hadapi dan atasilah dengan berdoa!

Views: 56

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *