Matius 26:31-35
Tuhan Yesus pergi bersama 11 murid-Nya ke Bukit Zaitun. Di sana Tuhan menyatakan bahwa pada malam itu semua murid imannya akan tergoncang karena Dia. Kata yang digunakan adalah skandalizo yang artinya: tersandung atau jatuh terhadap seseorang atau terhadap perbuatan seseorang. Tuhan Yesus mengatakan bahwa karena apa yang akan terjadi pada Diri-Nya, iman murid-murid akan terguncang.
Tuhan Yesus mengutip nubuatan nabi Zakharia (13:7): Tuhan akan mengijinkan Gembala dibunuh, dan domba-dombanya akan tercerai-berai. Tuhan Yesus akan ditangkap dan dibunuh di hadapan murid-murid-Nya, dan itu akan membuat hati merka kacau–lebih daripada itu, itu akan menggoncangkan iman mereka: mereka menjadi bertanya apakah benar Tuhan Yesus adalah Mesias.
Petrus menjadi illustrasi kejatuhan yang sebenarnya dialami oleh semua murid. Seperti halnya Petrus, semua murid mengatakan bahwa mereka tidak akan tergoncang iman mereka, mereka tidak akan menyangkal Tuhan. Akan tetapi, mereka sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi–mereka merasa yakin bahwa iman mereka kuat, tetapi Tuhan sudah tahu, bahwa mereka akan jatuh.
Pengetahuan akan lemahnya iman para murid tidak mengubah rencana Tuhan–karena Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa “Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galelia.” (ayat 32). Apa yang membuat para murid akhirnya bisa kembali percaya kepada Tuhan? Dalam kasus Petrus: karena Tuhan Yesus mendoakannya agar iman Petrus tidak gugur (Lukas 22:32). Pada waktu makan malam terakhir, Yohanes mencatat doa Tuhan Yesus bagi para murid agar Allah Bapa memelihara mereka di dalam nama-Nya, agar Allah Bapa melindungi mereka dari pada yang jahat (Yohanes 17:11, 15).
Petrus dan 10 murid yang lain bersikeras bahwa iman mereka kuat dan mereka tidak akan jatuh. Bahkan Petrus mengucapkan komitmen untuk rela mati bersama-sama dengan Tuhan. Dan komitmen itu juga diucapkan oleh murid-murid yang lain. Tetapi kenyataannya: beberapa am kemudian, semua murid melarikan diri ketika Tuhan Yesus ditangkap, dan Petrus sendiri menyangkal Tuhan sampai tiga kali.
Tuhan mengerti semua suasana hati, kondisi iman, dan dinamika yang ada di dalam diri murid-murid-Nya. Tuhan tahu dengan tepat bagaimana murid0murid akan bereaksi, dan Tuhan mengetahui bahwa mereka akan tergoncang. Tetapi murid-murid tidak menyadari kondidi batin mereka sendiri. Mereka merasa kuat, mereka merasa yakin bahwa iman mereka tak akan tergoncang.
Mnusia itu bisa menipu diri sendiri–sekalipun dilakukan dengan tanpa sadar atau di dalam segala ketulusan dan niat baik mereka. Tetapi manusia itu tidak bisa dengan semurna mengetahui–ataumungkin juga tidak bisa dengan sepenuhnya jujur meneraima kondisi hatinya yang sebenarnya.
Sedangkan Tuhan, Ia mengetahui dengan tepat siapakah manusia itu: “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14). Ketika Daud menyadari bahwa TUHAN itu mengetahui segala gerak hatinya–bahkan yang tidak diketahuinya sendiri, ia memnta: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23-24).
Penerapan:
Terus-menerus memperjuangkan waktu untuk datang kepada Tuhan dan mendengarkan Dia. Meminta Tuhan memeriksa dan menyelidiki hati, meminta Tuhan menunjukkan perkara-perkara yang bengkok dan menyeleweng, dan meminta Tuhan untuk memimpin ke jalan yang kekal.
Views: 66