Satu Berita, Tiga Respons

Ibadah Minggu Pagi – GKJ Karangpandan

Matius 2:1-12

Setelah Yesus lahir di Betlehem. Kapan? Maksimal 2 tahun sudah berlalu sejak kelahiran-Nya di palungan. Ini dihitung dari informasi mengenai waktu kemunculan bintang menurut para orang Majus (2:16). Orang Majus. Siapa mereka? Dari berbagai catatan, diperkirakan bahwa mereka adalah orang-orang pintar, astronomer, pendeta dari Media/Persia. Apa kejadiannya? Orang Majus datang ke istana Herodes di Yerusalem untuk menanyakan di mana Raja orag Yahudi yang baru lahir–sebab mereka akan menyembahnya.

Ada beberapa hal yang istimewa dari pernyataan pada orang Majus ini: (1) Bintang yang mereka lihat agaknya ditafsirkan sangat istimewa, sehingga mereka sampai merasa harus datang dari jauh untuk menyembah. (2) Mereka menafsirkan bahwa itu simbol kelahiran Raja orang Yahudi. Darimana kesimpulan ini ditarik? Apakah mereka membaca nubuat Bileam bahwa “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set.” (Bil 24:17)

Orang Majus, ketika menerima pernyataan dari Tuhan bahwa Sang Raja telah lahir, mereka pergi untuk mencari dan untuk menyembah Dia. Apakah mereka menemukan keselamatan di dalam Kristus karena percaya mereka? Matius mencatat untuk menunjukkan bahwa bahkan pemimpin kerajaan asingpun menyembah Sang Mesias.

Herodes, mendengar berita kelahiran Yesus, merasa terancam, disaingi. Kata “terkejut” (2:3) adalah terjemahan dari tarasso: terganggu, gelisah, seperti air yang diaduk2. Herodes memiliki rekam jejak sebagai raja yang paranoid–ia membunuh kerabat bahwa istrinya sendiri karena menuduh mereka berkhianat. Herodes mau membinasakan Raja orang Yahudi yang baru lahir.

Para ahli Taurat, memiliki pengetahuan dan nubuatan para nabi, tetapi mereka sama sekali tidak tergerak untuk pergi ke Betlehem. Justru orang lain–yang tidak memiliki pernyataan Tuhan melalui kitab para nabi yang menemukan Sang Mesias. Apakah mereka berpikir: kalau memang Mesias telah datang, bukankah sudah semestinya mereka yang diberitahu lebih dulu? Kesombongan intelektual–Tuhan harus mengikuti formula dan skenario mereka.

Berbeda dengan Zakaria, Simeon dan Hana–mereka adalah pemimpin agama, mereka mempelajari hukum Tuhan dan kitab para nabi–dan mereka menemukan Sang Mesias dan menyambut kedatangan-Nya. Bukan masalah kepandaian/pengetahuan/ilmu/ intelektualitas; tetapi hati yang terbuka, hati yang mencari, hati yang taat.

Penerapan:
Meminta hati yang terbuka, mencari, dan taat kepada Tuhan. Supaya semua pengetahuan yang saya meiliki itu dipakai Tuhan membawa saya kepada-Nya.

Views: 6

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *