Kejujuran dan Kelicikan

Matius 21:23-32

Tuhan Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi bertanya: siapa yang memberi otoritas kepada Tuhan Yesus untuk melakukan tindakan-tindakan-Nya. Ada eskalasi/peningkatan konflik antara Tuhan Yesus dengan para pemimpin Yahudi.

Dalam bagian sebelumnya dicatat ada 3 tindakan Tuhan Yesus di Bait Allah: mengusir para pedagang, menerima orang buta dan timpang, dan membiarkan anak-anak menyerukan bahwa Ia adalah Mesias. Saat itu para imam kepala dan ahli Taurat jengkel melihat tindakan Tuhan Yesus dan menegor-Nya.

Sekarang, yang datang adalah para imam kepala dan tua-tua orang Yahudi (anggota Sanhedrin, yang merupakan majelis tertinggi bangsa Yahudi untuk). Para pemimpin ini menannyakan: siapa yang memberi otoritas kepada Tuhan Yesus untuk melakukan itu semua–karena menurut aturan yang ada, otoritas tertinggi ada pada Sanhedrin, dan majelis ini tidak pernah memberi otoritas apapun kepada Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus justru balik bertanya: menurut mereka, dari manakah otoritas yang diterima Yohanes untuk melakukan babtisan–apakah dari Allah (sorga) atau atas kemauan manusia (Yohanes sendiri). Pertanyaan itu menjadi jebakan bagi para pemimpin Yahudi, karena apapun jawaban mereka, semuanya akan salah. Maka untuk mencari aman, mereka menjawab: “Tidak tahu.” Mereka berbohong, karena jawaban yang sebenarnya adalah: “Kami tidak mau menjawab, karena takut pada konsekuensi jawaban kami.”

“Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” (Ams 11:3). “Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku jalannya akan jatuh ke dalam lobang.” (Ams 28:18). “Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.” (Ams 10:9).

Tuhan akan berlaku sepadan dengan kelakuan orang kepada-Nya. “Terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.” (Maz 18:27). “Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.” (Ams 3:34). Ketika para pemimpin itu datang dengan niat buruk untuk menjebak, Tuhan membalikkan keadaan sehingga mereka yang terjebak.

Tuhan memberkati orang yang tulus, tetapi menentang orang yang licik dan penuh tipu muslihat. “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” (Ams 11:3). “Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku jalannya akan jatuh ke dalam lobang.” (Ams 28:18). “Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.” (Ams 10:9).

Penerapan:
Mengakui di hadapan Tuhan bahwa hati saya itu sangat licik, penuh tipu muslihat, penuh dengan strategi dan taktik untuk mencapai tujuan/keinginan atau untuk melepaskan diri dari masalah/persoalan. Kecerdasan yang kemampuan analisis yang Tuhan anugerahkan, bisa diselewengkan menjadi kelicikan dan tipu muslihat.
Berdoa menyerahkan kecerdasan saya kepada Tuhan dan menundukkannya di bawah otoritas Tuhan dan kebenaran firman Tuhan.
Berdoa meminta hati yang tulus dan jujur, sehingga tidak jatuh dalam dosa kelicikan dan tipu muslihat.

Views: 20

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *