Iman yang Memindah Gunung

Matius 21:20-22

Murid-murid melihat apa yang terjadi pada pohon ara yang menjadi kering itu, dan mereka tercengang (thaumazo: to wonder, marvel, be struck with admiration or astonishment–heran, kagum, takjub). Rasa heran yang bukan sekedar “kok bisa begitu?”, tetapi yang disertai dengan kekaguman dan respek.

Murid-murid sudah mengikut Tuhan Yesus selama 3 tahun, dan mereka telah melihat berbagai tanda ajaib yang dilakukan-Nya. Termasuk tanda-tanda ajaib yang betul-betul melebihi hukum alam: tangkapan ikan yang melimpah, meredakan badai, berjalan di atas air, dan menghidupkan orang yang sudah mati. Tetapi, mereka masih juga heran dan takjub ketika Tuhan melakukannya lagi.

Berikanlah kepada hati saya rasa takjub dan heran yang tak pernah habis melihat pekerjaan-Mu. Jangan biarkan hati saya menjadi tawar dan menjadi terbiasa dengan demonstrasi kuasa-Mu, sehingga kemudian saya tidak lagi gemetar oleh karena kekaguman dan hormat kepada-Mu. Buatlah agar semua pekerjaan-Mu itu selalu baru di mata dan pikiran saya–sekalipun sudah berkali-kali Engkau melakukannya. Jangan biarkan hati saya menjadi tumpul, sehingga tidak lagi bisa menghargai dan mengagumi pekerjaan yang Kaunyatakan di hadapan saya.

Tuhan Yesus memakai kesempatan itu untuk mengajar murid-murid tentang iman, bahwa: mereka harus beriman dan tidak bimbang (diskrino: terbagi-bagi, mendua, bertentangan dengan diri sendiri, terombang-ambing). Kata yang sama digunakan oleh Yakobus: “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.” (Yak 1:6).

Kalau murid-murid punya iman dan tidak bimbang, maka mereka dapat melakukan perkara yang lebih hebat daripada membuat pohon ara itu kering. Secara hiperbolis Tuhan mengatakan bahwa mereka bisa memerintahkan gunung (Bukit Zaitun) untuk tberanjak dan tercampakkan ke laut (Luat Mati)–dari lokasi Bukit Zaitun, orang bisa melihat Laut Mati di sebelah timur. Apa saja yang mereka minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, mereka akan menerimanya.

Iman yang tidak bimbang dan berdoa.Iman saja tidak cukup, kepercayaan/keyakinan yang kuat saja tidak cukup; iman harus berjalan bersama doa: menyadari bahwa sumber kuasa itu bukan iman kita, tetapi Tuhan; dan menyadari bahwa hanya perkara yang sesuai kehendak Tuhan saja yang akan terjadi. “No task in harmony with God’s will is impossible to perform to those who do not doubt” (BNTC, 1984).

Pada hari-hari terakhir, setelah 3 tahun bersama dan menyaksikan segala pekerjaan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, murid-murid masih harus diajar tentang iman dan doa. Agaknya pelajaran tentang iman ini adalah salah satu yang paling sulit untuk diinternalisasikan di dalam hidup murid-murid. Harus terus diulangi dalma berbagai kesempatan, harus diberikan contoh lagi, dan lagi.

Penerapan:
Berdoa untuk hati yang terus-menerus kagum, takjub, dan tidak pernah menjadi terbiasa melihat pekerjaan Tuhan. Orang Jawa bilang: “Aja gumunan.” Tetapi Pemazmur berseru: “Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!” (Maz 150:2).
Terus belajar untuk berdoa dengan iman dan tidak bimbang–tidak ragu untuk meminta hal-hal besar dan sulit kepada Tuhan! Karena bagi Dia tidak ada satupun yang mustahil.

Views: 19

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *