Menerima Anak-anak Kecil

Matius 19:13-15

Beberapa anak kecil (paidion: infant, half grown boy or girl, bayi, balita) di bawa kepada Tuhan Yesus, supaya Ia menumpangkan tanganNya dan berdoa untuk mereka. Dalam masyarakat Yahudi, penumpangan tangan atas anak berarti memberkati anak itu. Dalam Kitab Kejadian, Yusuf membawa kedua anaknya kepada Yakub untuk ditumpangi tangan dan diberkati. Dan pada waktu itu Yakub bernubuat tentang masa depan kedua anak itu (Kej 48:1-20).

Orang Yahudi juga percaya bahwa doa dari orang suci itu berkhasiat. Karena itu para orangtua membawa anak-anak mereka untuk diberkati dan didoakan oleh Tuhan Yesus. Ini menunjukkan iman dan pengakuan para orangtua itu, bahwa Tuhan Yesus adalah Orang yang suci, dan berkat serta doaNya berkuasa atas hidup anak-anak mereka.

Ketika anak-anak kecil itu dibawa kepada Tuhan Yesus, murid-murid melarang mereka. Tidak dituliskan apa alasan murid-murid melarang orang-orang itu membawa anak-anak kecil kepada Tuhan Yesus. Ada beberapa kemungkinan: (1) murid-murid menganggap anak-anak kecil itu akan mengganggu atau merepotkan Tuhan Yesus; (2) murid-murid memandang anak-anak kecil itu tidak penting untuk dilayani oleh Tuhan Yesus.

Tetapi, Tuhan Yesus berkata agar anak-anak kecil itu jangan dicegah untuk datang kepadaNya. Dalam Mar 10:14, dicatat bahwa Tuhan Yesus marah atau tidak senang dengan tindakan murid-murid itu. Tuhan mengatakan bahwa Kerajaan Sorga dimiliki atau diperuntukkan bagi orang-orang yang bersifat seperti anak-anak kecil itu. Tuhan menghargai mereka yang dianggap tidak penting, kecil, dan rendah. Tuhan tidak memandang mereka sebagai hal yang merepotkan atau mengganggu–justru Tuhan mengatakan bahwa Kerajaan-Nya itu untuk mereka.

Penerapan:

  1. Jangan memperlakukan mereka yang kecil atau lemah yang datang mencari berkat Tuhan sebagai suatu gangguan/kerepotan. Karena Tuhan mengasihi dan menerima mereka.
  2. Jangan menjadi penghalang bagi orang lain–terutama orang-orang yang seperti anak kecil–untuk datang kepada Tuhan dan mendapatkan berkat dari Tuhan.
  3. Membuka diri untuk melayani semua orang, termasuk orang-orang yang dianggap tidak penting atau tidak berharga oleh masyarakat atau lingkungan.

Views: 8

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *