Matius 13:53-58
Tuhan Yesus datang ke Nazaret dan mengajar di dalam rumah ibadat. Respons dari orang-orang Nazaret adalah: mereka kecewa dan menolak dia (skandalidzo); mereka tidak percaya kepada-Nya, tidak bisa percaya dan menerima bahwa Ia adalah Mesias. Karena itu Tuhan Yesus tidak mengerjakan banyak mujizat di Nazaret.
Respons penduduk Nazaret ketika mendengar Tuhan Yesus mengajar. Mula-mula mereka takjub (ekplesso: to strike with amazement)–ketakjuban yang besar dan mendadak, dalam Complete Word Study Dictionary diuraikan: “to strike out, force out by a blow, but found only in the sense of knocking one out of his senses or self-possession.” Ketakjuban yang sangat besar sehingga membingungkan–tidak bisa menerima dengan akal.
Proses berpikir penduduk Yerusalem nampak dalam pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan: Darimana Orang ini mendapatkan semua hikmat dan mujizat? Bukankah dia Anak si tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria? Bukankah saudara-saudara-Nya bernama ini dan itu? Bukankah keluarga-Nya masih tinggal di tengah-tengah mereka di Nazaret? Lalu dari mana Ia mendapat semua itu?
Mereka merasa mengenal Tuhan Yesus, karena sekitar 28 tahun Tuhan Yesus tinggal di Nazaret, sejak masih sangat kecil. Mereka merasa mengenal latar belakang-Nya, mengenal keluarga-Nya, mengenal profesi ayah-Nya. Pengenalan itu membuat mereka sulit untuk menerima bahwa Tuhan Yesus sekarang memiliki hikmat dan kuasa melakukan mujizat. Pengenalan (familiarity) bisa membuat ornag tidak menghargai sesuatu/seseorang yang istimewa.
Penduduk Nazaret melihat hikmat-Nya dan kuasa-Nya, dan menjadi takjub karena hal itu. Tetapi ketakjuban itu tidak membuat mereka percaya, justru membuat mereka menolak Tuhan Yesus–karena mereka tidak bisa menjawab pertanyaan, atau mereka tidak mau menerima kenyataan bahwa hikmat dan kusa itu dimiliki Tuhan Yesus karena Ia adalah Nabi atau Mesias. Seolah penduduk Nazaret berkata: “Mesias bagaimana? Nabi apa? Wong saya tahu masa kecilnya, kok. Saya tahu keluarganya, kok. Dan Ia dan keluarganya itu ya sama seperti kita. Tidak mungkin Ia adalah Mesias.”
Warren Wiersbe menuliskan: “What caused the people to doubt Him? They were too familiar with Him in a human way, for He had grown up in their midst. It was a case of knowing Him after the flesh (see 2 Cor 5:16) and not having the spiritual discernment that God gives to those who will yield to Him (Mat. 11:25-30). These people walked by sight and not by faith.”
Familiarity, pengenalan, atau kedekatan dapat menjadi penghalang seseorang untuk percaya kepada kuasa dan pekerjaan Tuhan melalui orang lain yang dikenal baik; dan akhirnya kehilangan kesempatan untuk mengalami kuasa Tuhan. Apalagi, ketika orang lain itu usianya lebih muda, pernah dilayani/dipimpin, atau diketahui latar belakang dan masa lalunya. Dan berdasarkan pengenalan itu, seseorang lalu menyimpulka: “tidak mungkin Tuhan memakai dia, karena saya tahu siapa dia.”
Penerapan
Berdoa meminta kerendahan hati untuk belajar dan menerima pelayanan dari siapapun yang Tuhan pakai; meminta hati yang tidak merendahkan/menolak orang lain berdasar pengenalan/pengetahuan tentang orang itu–karena Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menjadi saluran kuasa dan pekerjaanNya.
Views: 29