Iman di Tengah Badai

Matius 8:23-27

Tuhan Yesus naik ke kapal diikuti murid-murid-Nya, mereka bertolak dari Kapernum untuk berlayar ke daratan di seberang laut (ayat 18). Di tengah laut, timbullah badai yang dahsyat, sehingga perahu itu ditutupi oleh gelombang, tetapi Tuhan Yesus tidur.

Dalam bahasa aslinya, Matius menggunakan kata autos untuk menunjukkan “hanya satu-satunya, berbeda dengan yang lain”. Berarti di dalam perahu itu, di tengah situasi itu, hanya Tuhan Yesus satu-satunya yang tidur. Sedangkan semua orang yang lain bangun. Bagaimana seseorang bisa tidur lelap (sehingga harus dibangunkan) di tengah situasi badai di mana semua orang yang lain ribut dan panik?

Kalau melihat perkataan Tuhan Yesus: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” (ayat 26), dapat disimpulkan bahwa sumber ketenangan dan keberanian di dalam badai adalah: iman. Iman kepada janji Tuhan bahwa ia akan memberitakan Injil di Roma, yang membuat Paulus tenang di tengah kepanikan semua awak kapal yang ditumpanginya, dan justru ia bisa menguatkan semua orang yang lain (Kisah 27:21-25).

Sebenarnya, secara manusiawi sangat bisa dimengerti ketakutan dan kepanikan para murid. Persoalan yang mereka hadapi sangat riil–sebagian dari mereka adalah nelayan; dan kalau sampai nelayan saja panik, mestinya itu bukan badai biasa. Kedua, mereka belum pernah melihat pernyataan kuasa Tuhan Yesus yang dapat menundukkan angin ribut! Mereka memang sudah melihat kuasa Tuhan Yesus atas penyakit dan roh-roh jahat, tetapi kuasa atas alam? Belum!

Justru di situlah letak masalahnya: murid-murid belum meyakini bahwa Tuhan Yesus itu Mahakuasa–kuasa-Nya berlaku atas segala sesuatu; baik yang sudah dialami atau yang belum pernah dialami. Kuasa Tuhan itu berlaku atas segala jenis situasi dan masalah. Tidak ada kategorisasi persoalan, tidak ada level kesulitan. Bagi Tuhan, semua sama mudahnya! Karena Ia Mahakuasa!

Tetapi, di dalam perjalanan hidup murid-murid, betapa Tuhan itu sabar untuk mengajarkan iman kepada mereka–sama seperti Tuhan itu sabar mengajar kita. Tuhan mengijinkan kita bertemu dengan berbagai jenis situasi, berbagai ragam masalah, berbagai bentuk tantangan–untuk mengajar kita bahwa Tuhan berkuasa atas segala dan semua situasi!

Sampai pada suatu titik, di mana kita sungguh-sungguh percaya bahwa tidak ada satupun situasi–sebaru apapun situasi itu–yang tidak berada di bawah kuasa dan kedaulatan Tuhan. Pada titik itu, kita akan bisa menjadi tenang karena iman kepada-Nya, sesulit, semustahil, dan sebaru apapun situasi yang Tuhan ijinkan untuk kita masuki!

Views: 59

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *