Tentang Berdoa

Matius 7:7-11

Ketika memerlukan apapun, murid-murid harus aktif untuk meminta, mencari, dan mengetok pintu kemurahan Tuhan. Janji-Nya: setiap orang yang meminta, menerima; setiap orang yang mencari, mendapat; dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

“Setiap orang” (pas): all, any, every, the whole. Janji jawaban doa ini diberikan kepada semua dan setiap orang. Tidak ada perkecualian, tidak ada kriteria, tidak ada kategori. Dalam perikop ini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa jawaban doa itu dasarnya bukan pada karakteristik orang yang berdoa, tetapi dasarnya adalah sifat Allah Bapa yang murah hati, memberi apa yang baik kepada semu dan setiap orang yang meminta kepada-Nya (ayat 11). Elia adalah manusia biasa, tetapi doanya luar biasa!

Tuhan Yesus memberi ilustrasi bahwa setiap orang–termasuk orang yang berdosa, tahu (memiliki pengetahuan, memiliki kesadaran) bahwa ia harus memberikan apa yang baik, ketika anaknya meminta sesuatu kepadanya (ayat 11). Kesadaran untuk memberikan apa yang baik kepada anaknya adalah naluri/insting yang melekat pada diri orangtua–sekalipun ia orang yang berdosa/jahat. Kalau orang berdosa saja punya kesadaran seperti itu, apalagi (how much more) Allah Bapa yang di sorga, yang kemurahan-Nya mencapai langit, yang kasih setia-Nya untuk selama-lamanya!

“Mintalah, carilah, ketoklah”, ketiganya menggunakan present tense, yang berarti kata kerja ini dilakukan berulang-ulang secara kontinyu atau terus-menerus: “keep on asking, keep on searching, keep on knocking“. Doa yang dijawab adalah doa yang dinaikkan dengan tekun, persisten, terus menerus sampai ada jawaban dari Tuhan. Elia–yang manusia biasa itu–sungguh-sungguh berdoa minta hujan tidak turun, tiga kali ia berseru agar nyawa anak itu kembali, tujuh kali ia berdoa di gunung Karmel supaya hujan turun. Dan Tuhan menjawab semua permintaannya!

Dalam kaitan dengan doa, ada tiga hal penting yang harus diingat murdi-murid:
1. Allah Bapa akan menerima doa dari siapapun juga–tanpa kecuali, karena itu jangan membiarkan perasaan tidak layak, atau masih berdosa, atau tuduhan negatif lain menghalangi untuk datang kepada Bapa di dalam doa–justru, semakin tidak layak seserorang, semakin berdosa seseorang, dialah orang semakin perlu untuk datang kepada-Nya.
2. Sikap doa murid-murid adalah: tekun, kontinyu, terus-menerus. Menunjukkan kesungguhan akan kebutuhan dan kebergantungan kepada Bapa–menunjukkan bahwa memang tidak ada sumber lain, selain Bapa, yang akan bisa memberikan jawaban atas apa yang kita perlukan.
3. Cara pandang dan keyakinan, bahwa apapun yang nantinya diberikan Bapa sebagai jawaban doa, itu adalah yang terbaik untuk kita. Sebab Allah Bapa hanya memikirkan kebaikan anak-anak-Nya, dan tidak akan memberikan sesuatu yang mencelakakan mereka.

Views: 114

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *