Berbahagialah Orang yang Lemah Lembut

Matius 5:5

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Kata yangh digunakan adalah praus (meek, mild, gentle), bukan lemah, tetapi lemah lembut. Kata ini dalam bahasa Yunani digunakan untuk menggambarkan seekor kuda yang telah ditundukkan–power under control. Kuda itu sama sekali tidak kehilangan kekuatan dan vitalitasnya, tetapi semua potensi dan kekuatannya sekarang di bawah kendali penuh penunggangnya!

Musa adalah seekor kuda yang sudah ditundukkan Allah. Ketika lahir, ia elok di mata Allah, diasuh oleh puteri Firaun, dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (Kisah 7:22). Musa memiliki semua potensi sebagai pemimpin: passion, pengetahuan, pengalaman, kekuatan. Tetapi, Allah baru bisa memakainya setelah ia ditundukkan–setelah ia merasa tidak punya kekuatan apa-apa. Tuhan memakai 40 tahun di padang gurun Median untuk menundukkan Musa, sampai ia berkata: “Siapakah aku ini?” (Keluaran 3:11).

Mazmur 32:8-9 berbicara tentang kuda dan bagal yang tak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang. Kalau tidak, ia tidak akan tunduk kepada tuannya. Padahal, sebenarnya Tuhan, Sang Tuan, itu hendak mengajar, menunjukkan jalan, memberi nasihat, dan memberi perhatian penuh kepadanya. Pemazmur berkata: jangan membandel, tapi tunduk dan menurutlah di bawah pengendalian Tuhan; maka engkau akan dipimpinnya ke jalan yang harus kautempuh.

Tuhan Yesus menyebut Diri-Nya sebagai lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:28-29). Sebagai Anak Allah, Ia memiliki semua kuasa di sorga dan di bumi, tetapi Ia tunduk seratus persen kepada kehendak Bapa-Nya: “Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku” (Yohanes 8:42). Ia tersembunyi selama 30 tahun karena kehendak Bapa-Nya, Ia dibaptis (sekalipun sebenarnya tidak berdosa) karena kehendak Bapa-Nya, Ia menunggu waktu Bapa-Nya untuk melakukan mujizat pertama, dan sekalipun Ia bisa memanggil lebih dari 12 legion malaikat untuk membantu, Ia memilih untuk tunduk dan menyerahkan Diri untuk ditangkap.

Tuhan Yesus, yang lemah lembut itu, memanggil saya untuk datang kepada-Nya, saya yang letih, lesu, dan berbeban berat, karena semua kegarangan dan kebandelan saya. Memanggil saya untuk memberi kelegaan kepada saya–kelegaan yang dihasilkan dari penundukan kepada kehendak-Nya: memikul kuk-Nya dan belajar kepada-Nya; belajar untuk tunduk (Matius 11:28-29). Come to Me, take My yoke, and learn from Me.

Bagaimana memiliki hati yang lemah lembut? Dengan datang kepada Tuhan Yesus dan belajar kepada-Nya.

Views: 12

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *