Belajar dari Orang-orang Majus

Matius 2:1-12

Orang-orang Majus dari Timur. Istilah yang digunakan oleh Matius adalah magos, bentuk jamak dari magian (ilmuwan, orang bijak, ahli nujum, ahli bintang); yang datang adalah orang-orang yang menduduki posisi tinggi sebagai intelektual/sumber kebijaksanaan yang mempengaruhi jalannya pemerintahan di negara asalnya. Suatu saat, ketika mereka melakukan aktivitas rutin mereka sebagai ahli bintang, mereka melihat kemunculan satu bintang yang berbeda. Bintang yang mereka tafsirkan sebagai Bintang yang menandai kelahiran Raja orang Yahudi (ayat 1-2).

Pertanyaannya adalah: dari mana mereka menafsirkan bahwa bintang itu merupakan tanda kelahiran Raja orang Yahudi? Apa referensi atau yang mereka gunakan untuk sampai kepada kesimpulan itu? Bukankah mereka ahli bintang dari bangsa asing–bukan bangsa Yahudi? Lalu dari mana keismpulan itu bisa muncul? Ada beberapa kemungkinan.

Karena mereka berasal dari Timur, yang kemungkinan besar adalah dari wilayah Babilonia, maka mereka memiliki akses kepada catatan-catatan Daniel (sebab Daniel adalah ilmuwan terbesar pada masa kerajaan Babilonia sampai Persia), secara khusus catatan tentang perkataan Bileam yang menubuatkan akan bintang yang menandakan kemunculan raja orang Israel (Bilangan 24:17), dan dikaitkan dengan nubuat Daniel yang menyatakan setelah 70 x 7 masa Yerusalem akan dipulihkan dengan kedatangan raja yang diurapi (Daniel 9:24-25).

Kemungkinan yang lain adalah: ada pencerahan secara supranatural oleh Tuhan kepada orang-orang Majus ini yang menjelaskan makna kemunculan bintang itu. Karena, ketika mereka sudah sampai di Yerusalem dan kemudian berangkat ke Betlehem, bintang itu mendahului mereka dan berhenti di atas rumah di mana Sang Anak itu berada (ayat 9). Apapun kemungkinannya, yang jelas mereka menangkap pesan tentang kedatangan Sang Raja itu, dan kemudian melakukan perjalanan dari Timur ke Yerusalem. Mereka sudah tahu bahwa tujuan mereka adalah ke Yerusalem, dan di dalam pemikiran yang alamiah, mereka pergi ke istana Herodes yang sedang memerintah sebagai raja.

Pertanyaan yang lebih penting adalah: mengapa mereka datang untuk menyembah Raja yang baru lahir itu? (ayat 2). Kata yang digunakan untuk menyembah adalah proskuneo yang arti harafiahnya: bersujud dengan hormat dan menyembah. Ketika mereka sudah bertemu Sang Anak itu, mereka tersungkur ke tanah, bersujud menyembah Dia, dan mempersembahkan kepada-Nya emas, kemenyan, dan mur.

Sekelompok orang bijak, tokoh-tokoh penting dari dari suatu kerajaan, datang ke kerajaan lain untuk menyembah dan memberikan persembahan kepada raja yang baru lahir! Apakah itu bukan sebuah tindakan “pemberontakan” kepada kerajaan asal mereka sendiri? Dan kalau misalnya, mereka adalah utusan resmi dari kerajaan mereka, apakah itu berarti bahwa kerajaan mereka menyatakan penundukan kepada Sang Raja yang baru lahir ini? Tidak heran kalau Herodes dan seluruh Yerusalem menjadi sangat gelisah karenanya (ayat 3).

Terlepas dari itu semua, orang-orang Majus ini menemukan Juru Selamat dan menyembah-Nya. Mereka menangkap ada tanda yang diberikan oleh Allah, dan mereka mengikuti tanda itu. Mereka percaya dan mereka berusaha mencari apa yang mereka percaya. Allah memimpin mereka: dengan bintang di langit, dengan pengetahuan/ilmu yang mereka miliki, dengan penjelasan dari Ahli-ahli Taurat, dan juga dengan mimpi yang mencegah mereka kembali kepada Herodes. Orang-orang yang terbuka dan haus akan kebenaran, memperoleh kasih karunia Allah, dan mereka menemukan kebenaran itu!

Sementara para Imam Kepala dan Ahli Taurat Yahudi, yang memiliki semua nubuatan para nabi, dan bahkan yang menunjukkan nubuatan tentang di mana Mesias itu akan dilahirkan, tidak ada satupun yang ikut pergi ke Betlehem. Mengapa? Apa yang mereka pikirkan? Mengapa ketika serombongan ilmuwan asing datang dan hendak mencari Sang Anak, mereka tidak tergerak untuk ikut? Apakah tidak muncul rasa ingin tahu di dalam hati mereka?

Apakah mereka sudah demikian merasa yakin dengan pemahaman mereka sendiri tentang Mesias, sehingga respon mereka begitu? Apapun itu, mereka rugi, karena mereka tidak menemukan Sang Mesias. Dan agaknya hati mereka sudah begitu keras dengan ketidakpercayaan, sehingga bukan saja mereka tidak percaya bahwa Mesias telah lahir, tetapi bahkan kemudian ketika Anak itu dewasa dan menyatakan Diri-Nya, mereka justru menangkap dan menyalibkan Dia!

Tuhan membawa orang kepada anugerah keselamatan-Nya. Orang-orang yang tulus mencari, yang terbuka kepada kebenaran, akan dipimpin oleh Tuhan–dengan berbagai macam cara dan jalan, untuk menemukan kebenaran, untuk menemukan Dia! Berdoalah untuk hati yang tulus mencari, tulus bertanya, tulus belajar, tulus mendengar. Berdoalah agar dihindarkan dari hati yang keras, yang arogan, yang merasa benar, yang merasa telah tahu semuanya. Itulah iman. Sebab Allah memberi upah kepada orang yang bersungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

Views: 9

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *