Rendah Hati, Tidak Kuatir, dan Waspada

1 Petrus 5:5-14

Pada bagian akhir suratnya kepada jemaat, Rasul Petrus menasehati agar mereka melakukan tiga hal dalam relasi dengan orang lain, dengan diri sendiri, dan dengan si jahat. Tig aperintah itu adalah: agar mereka merendahkan diri satu dengan yang lain, agar mereka menyerahkan segala kekuatiran kepada Allah, dan agar mereka selalu waspada, berjaga-jaga dan melawan iblis.

Nasihat pertama diberikan kepada anak-anak muda: agar mereka menundukkan diri (menempatkan diri di bawah) orang-orang yang tua (ayat 5). Karena ayat ini dimulai dengan frasa “Demikian jugalah kamu … (Likewise …)”, maka ini berhubungan dengan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara mengenai para pemimpin (panatua) jemaat; dengan demikian, isi perintahnya adalah agar anak-anak muda tunduk kepada kepemimpinan para panatua.

Tetapi perintah itu tidak hanya terbatas untuk orang-orang muda, melainkan juga untuk semuanya. Agar orang percaya saling merendahkan diri satu sama lain. Dasar pemikirannya adalah: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Kerendahan hati yang didasari oleh: penyerahan kepada tangan Tuhan yang kuat, penyerahan kepada kedaulatan dan kuasa Tuhan atas segala sesuatu (ayat 5-6).

Orang percaya dinasehati untuk menyerahkan (epirripto: melemparkan, melontarkan) semua kekuatirannya kepada Allah. Yang diserahkan bukan masalah/beban/penderitaannya, tetapi kekuatirannya (merimna: anxiety, care that brings disruption to the personality and mind). Masalah/persoalan/penderitaan tidak akan pergi dan jemaat tidak melarikan diri/menganggap persoalan itu tidak ada; tetapi yang diminta adalah untuk menyerahkan kekuatiran atas masalah itu kepada Tuhan.

Dasar pemikirannya adalah: Tuhan memelihara orang percaya. Sebab Tuhan menaruh perhatian dan “keprihatinan” kepada orang percaya. “You can throw the whole weight of your anxieties upon him, for you are his personal concern.” (ayat 7 – JB Phillips). Tuhan itu memperhatikan, Tuhan itu care kepada tiap-tiap orang secara pribadi. “bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Lukas 12:7).

Patrus menasehati jemaat terkait dengan pekerjaan si iblis. Ia mengingatkan bahwa bahaya serangan iblis itu nyata: iblis seperti singa yang mengaum-aum, berkeliaran untuk mencari mangsa yang dapat ditelannya–setiap saat, iblis itu mencari peluang untuk menyerang dan membunuh orang percaya. In relation with the devil, life is not a picnic, but a war!

Karena itu, ada empat tindakan yang harus dilakukan orang percaya agar bisa bertahan terhadap pekerjaan si iblis: (1) waspada (be sober, be self-controled), disiplin, jangan lengah dan terbuai oleh keadaan; (2) berjaga-jaga (be vigilant, to arise, to watch, to refreain from sleep) kesadaran penuh akan potensi bahaya serang iblis yang bisa datang setiap saat; dan (3) melawan dengan iman; tidak melarikan diri, tetapi dengan iman melawan menghadapi serangan iblis; (4) tidak cengeng atau mengasihani diri sendiri, sebab menyadari bahwa semua orang percaya mengalami tantangan yang sama (ayat 8-9).

Petrus menutup suratnya dengan salam kepada jemaat. Ia menyebut Silas yang menjadi penulis dari suratnya itu, jemaat di Babilon (Roma) mengirim salam, demikian juga Markus (anak rohani Petrus). Petrus meminta agar jemaat saling memberi salam kasih, dan memberkati jemaat dengan damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 10-14).

Views: 11

This entry was posted in 1 Petrus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *