Ciri Hamba Allah Sejati

Roma 15:17-33

Paulus menjadi teladan atau model hidup seorang hamba Tuhan sejati: (1) ia menyerahkan diri secara total untuk melakukan panggilan Allah–menyelesaikan panggilan itu sampai “tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan”; (2) ia tidak mengklaim itu sebagai pekerjaannya sendiri, tetapi merupakan karya Kristus melalui dirinya; (3) ia melakukannya dengan perkataan, perbuatan, kuasa, dan mujizat di dalam Roh; (4) ia tunduk kepada cara Allah menggenapi rencana-Nya, walaupun cara itu berbeda dengan apa yang diinginkan atau dipikirkannya.

Maksud Paulus dengan pelayanannya sebagai imam yang mempersembahkan bangsa-bangsa bukan Yahudi (ayat 16) adalah: melalui pemberitaan karya Kristus yang dilakukannya, Paulus dapat memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan kepada Allah. Paulus memberitakan Injil dengan: kata-kata, perbuatan, kuasa, dan mujizat di dalam kuasa Roh Kudus. Bukan karena kemampuan Paulus, tetapi “yang dikerjakan Kristus olehku (melalui aku)” (ayat 18).

Paulus fokus kepada penjangkauan nagsa-bangsa dan tempat-tempat di mana Injil belum pernah diberitakan, di mana belum ada jemaat yang didirikan oleh orang lain. Itulah mengapa ia belum bisa datang ke Roma. Tetapi, sekarang setelah “no more place for me to work in these regions” dan karena keinginannya selama bertahun-tahun untuk pergi, ia akan singgah ke Roma. (ayat 19-24).

Saat ini Paulus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk membawa bantuan dari jemaat Makedonia dan Akhaia bagi orang-orang miskin di Yerusalem. Jemaat-jemaat itu sangat bersukacita untuk memberi, bahkan merasa berhutang kepada orang percaya Yahudi. Setelah menyelesaikan pekerjaan itu, Paulus akan berangkat ke Spanyol dan singgah ke Roma. Paulus yakin bahwa kedatangannya ke Roma akan disertai berkat yang penuh dari Kristus (ayat 15-29).

Paulus meminta agar jemaat Roma bergumul mendoakannya, supaya Paulus diselamatkan dari orang-orang yang tidak percaya di Yudea, dan supaya pelayanannya diterima oleh saudara-saudara seiman di Yerusalem, sehingga Paulus nanti bisa benar-benar datang ke Roma dengan penuh sukacita. Doa ini tidak dijawab sepenuhnya. Ada yang diluluskan oleh Tuhan, ada yang tidak dikabulkan, dan ada yang dikabulkan tetapi dengan cara Tuhan–tidak seperti yang dipikirkan atau diinginkan Paulus.

Dalam Kisah Rasul 21-26, dicatat bahwa jemaat Yerusalem menerima dengan baik pelayanan Paulus, tetapi timbul kerusuhan di mana orang-orang Yahudi menangkap Paulus dan berusaha membunuhnya. Paulus ditahan selama 2 tahun di Kaisarea, dan akhirnya ia minta banding ke Kaisar. Paulus memang tetap pergi ke Roma, tetapi sebagai tawanan Romawi. Tujuan Allah tetap digenapi, keinginan Paulus tetap terpenuhi–tetapi caranya tidak seperti yang diinginkan oleh Paulus. Allah berdaulat memilih metode untuk menggenapi rencanaNya!

Views: 9

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *