Tanggung Jawab Hamba Tuhan

Roma 15:1-16

Menjadi hamba Tuhan itu tidak mudah. Melakukan panggilan Tuhan untuk melayani itu bukan perkara gampang. Salah satu tantangannya adalah: takut untuk ditolak atau dituduh macam-macam, ketika berinisiatif untuk mengerjakan pelayanan itu; apalagi ketika sepertinya apa yang dikerjakan itu di luar “wilayah kewenangan” kita. Kesetiaan pada panggilan Allah, kasih dan beban kepada orang lain, dan hikmat/kebijaksanaan dalam mengerjakannya–itulah yang melandasi pelayanan kita.

Prinsip yang harus dipegang terkait perbedaan pandangan dengan orang lain adalah: siapa yang lebih kuat imannya harus menanggung orang lain yang lebih lemah–bukan untuk memuaskan diri sendiri, tetapi melayani orang lain; sebab Kristus tidak memuaskan diri-Nya sendiri. Kemantapan dalam iman, pengertian akan firman Tuhan, itu ditujukan untuk hidup dalam harmoni dengan orang lain, dan bukan untuk memecah-belah. harmoni dalam jemaat inilah yang akan membawa kemuliaan bagi Allah Bapa dan bagi Tuhan yesus Kristus. Karena itu, jemaat harus saling menerima satu sama lain (ayat 1-7).

Ketika hidup di dunia ini, Kristus menjadi hamba bagi orang-orang Yahudi (hidup di bawah hukum Taurat) untuk menunjukkan kebenaran Allah dalam rangka: (1) mengkonfirmasi janji-janji yang telah diberikan kepada para leluhur orang Yahudi; dan (2) bangsa bukan Yahudi dapat memuliakan Allah karena kemurahan-Nya kepada mereka–penggenapan nubuat Yesaya, bahwa keturunan Daud akan memerintah dan memberi pengharapan kepada semua bangsa (ayat 8-13).

Paulus bersyukur karena jemaat penuh dengan kebaikan, pengetahuan, dan mampu untuk mengajar satu sama lain. Tetapi, Paulus dengan sangat tegas/keras menuliskan beberapa isu/poin tertentu kepada jemaat, tujuannya untuk mengingatkan jemaat. Paulus memandang dirinya sebagai seorang imam Injil Allah, dengan memberitakan Injil dan memenangkan orang bukan Yahudi, Paulus mempersembahkan mereka kepada Allah sebagai korban yang berkenan kepada Allah, dikuduskan oleh Roh Kudus (ayat 14-16).

Sekalipun Paulus bukan rasul yang memulai jemaat di Roma, dan sekalipun jemaat Roma adalah jemaat yang sudah bertumbuh dewasa dan bisa mengajar satu sama lain, tetapi Paulus tetap menuliskan suratnya yang berisi pengajaran yang tegas mengenai beberapa masalah tertentu. Alasannya adalah: karena Paulus sudah dipanggil menjadi pelayan Yesus Kristus bagi orang-orang yang bukan Yahudi. Paulus merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa orang percaya yang berasal dari bangsa bukan Yahudi itu benar-brnar menjadi “korban persembahan” yang berkenan kepada Allah.

Bukan karena ingin turut campur, bukan karena merasa lebih tahu, bukan karena ingin mencari pengaruh atau pengakuan dari orang, bukan karena motivasi-motivasi yang lain, tetapi semata-mata karena beban tanggung jawab yang diterima Paulus dalam panggilan Allah baginya. Paulus dipanggil untuk membawa orang bukan Yahuda kepada Allah, dan ketika ia melihat ada masalah atau kemungkinan masalah yang “membahayakan” iman orang-orang itu, maka Paulus akan bertindak–demi melakukan tanggung jawab dan panggilannya.

Views: 9

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *