Ketika agenda dipaksa berubah …

Bahan bacaan: Lukas 23:26-31.

Saya yakin, Simon dari Kirene tidak pernah merencanakan—bahkan membayangkan, untuk memikul salib pada pagi itu. Ia datang dari daerah lain ke Yerusalem, kemungkinan besar untuk mengikuti perayaan Paskah. Dan pagi itu, ketika ia berada di dekat kerumunan orang yang menonton perjalanan Tuhan Yesus ke Golgota, agendanya dipaksa untuk berubah: ia dipaksa menjadi bagian dari prosesi penghukuman mati, ia harus memikul salib Kristus.

Apakah itu menjadi pengalaman yang memalukan bagi Simon Kirene? Penyaliban adalah hukuman paling hina dan mengerikan di jaman itu. Siapa yang mau menjadi bagian di dalamnya? Siapa yang dengan sukarela mau turut menanggung kehinaan di bawah tatapan mata ratusan penonton?

Hati Simon mungkin memberontak: Aku bukan penjahat! Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini! Aku tidak bersalah! Mengapa aku harus memikul salib yang bukan milikku? Why me? Siapa yang rela menjalani perlakukan yang memalukan dan mengerikan ini?

Hanya satu Pribadi yang rela: Yesus Kristus. Ia dengan mengabaikan kehinaan telah tekun memikul salib (Ibrani 12:2). Ia memikul segala dosa saya di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya saya yang telah mati bagi dosa, hidup untuk kebenaran (1 Petrus 2:24).

Ia telah melakukannya. Sekarang adalah giliran saya, untuk menyangkal diri, memikul salib saya setiap hari dan mengikuti Dia.

Views: 8

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *