Bukan basa-basi!

Bahan bacaan: Lukas 23:32-43.

Apa yang membuat salah satu penjahat itu kemudian bertobat? Di Injil Matius (27:44) dan Markus (15:32) tercatat bahwa kedua penjahat itu sama-sama mengolok-olok dan menghujat Tuhan Yesus. Namun, kemudian dalam Lukas 23:40-42 dicatat bahwa salah satu penjahat itu berubah hatinya dan bertobat. Mengapa?

Tidak dicatat dalam Injil, tidak dijelaskan, dan tidak bisa dengan pasti ditemukan jawaban atas pertanyaan mengapa si penjahat itu mengalami perubahan 180 derajad. Semula mengolok dan menghujat, kemudian berbalik percaya dan bertobat.

Apakah karena ia melihat bagaimana Tuhan Yesus dengan sabar menanggung penderitaan tanpa melawan, tanpa amarah, tanpa dendam—sebaliknya justru mengampuni dan mendoakan orang-orang yang mencelakai-Nya? Dan hal itu membuat mata hatinya terbuka dan ia menjadi percaya?

Saya tidak tahu, dan tidak berani berspekulasi. Namun satu hal yang saya tahu: bahkan dalam kondisi paling kritis dan mepet sekalipun, pada orang yang menurut pikiran manusia sudah tidak mungkin lagi bertobat—ternyata Allah masih membuka kesempatan agar setiap orang bertobat dan percaya.

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (2 Petrus 3:9)

Ayat itu bukan basa-basi! Tuhan sungguh-sungguh ingin agar tidak ada satupun yang binasa. Sehingga bagi penjahat yang sudah mendekati jam-jam terkahir masa hidupnya, yang mengolok-olok Anak-Nya, Tuhan masih berbicara, mengetuk hati, membuka mata, agar ia sadar akan dosanya dan mau percaya.

Apakah ada orang yang sudah saya nilai terlambat dan tak mungkin untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus? Apakah saya percaya, bahwa Tuhan sangat mengasihi mereka dan tidak habis harapan sampai maut menjemput mereka? Apakah saya memiliki hati yang sama dengan hati Tuhan kepada mereka? Apakah saya masih tekun mendoakan nama-nama mereka, supaya mereka diselamatkan?

Views: 8

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *